Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Tugas Ratmono mengatakan penolakan pengurangan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) merupakan keputusan tepat.

"Kita memang harus mengantisipasi kemungkinan terburuk," kata Mayjen TNI Tugas Ratmono di Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan pada 17 Mei 2021 jumlah pasien COVID-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran sebanyak 878 orang, berarti angka hunian di bawah 20 persen. Angka ini jauh di bawah puncak sebelumnya pada 24 Januari 2021 sebanyak 5.036 pasien.

Rendahnya jumlah pasien membuat banyak kalangan mendesak RSDC Wisma Atlet Kemayoran untuk mengurangi jumlah tenaga kesehatan secara signifikan, namun hal tersebut ditolak dengan tegas oleh Mayjen Tugas.

Baca juga: Pasien rawat inap RSDC Wisma Atlet per hari ini berkurang 156 orang

Dokter militer asal Kebumen Jawa Tengah tersebut mengatakan jika RDSC Wisma Atlet mengumumkan daya tampung pada saat itu 5.994 tempat tidur, maka tenaga kesehatan pun harus siaga untuk jumlah itu.

Ia memahami dinamika pandemi COVID-19 sewaktu-waktu bisa melesat secara tiba-tiba. Selain itu, penolakan pengurangan tenaga kesehatan juga berdasarkan analisa data-data lapangan.

"Banyak permintaan agar tenaga kesehatan di sini dikurangi, tetapi permintaan itu kita tolak," ujarnya.

Sebab, lanjutnya, fasilitas kesehatan harus selalu bersiaga menghadapi kemungkinan terburuk. Apalagi, pada Mei terjadi arus mudik. Seperti sebelumnya, setelah libur panjang kasus COVID-19 naik.

"Kita tidak ingin tidak siap jika kasus tiba-tiba naik," kata Mayjen Tugas Ratmono.

Baca juga: 4.936 pasien COVID-19 di Wisma Atlet masih jalani rawat inap

Sebelumnya, pada 28 Oktober 2020 ia juga melakukan tindakan yang sama. Saat itu angka hunian di RSDC Wisma Atlet Kemayoran tinggal 17 persen dan pasien yang dirawat hanya di tower lima saja.

Melihat penurunan drastis di RSDC, Satgas penanganan COVID-19 meminta Mayjen TNI Tugas Ratmono untuk melakukan relaksasi tenaga kesehatan dengan memulangkan ke berbagai daerah.

Permintaan tersebut lagi-lagi tidak bisa dipenuhi oleh RSDC karena Tugas Ratmono melihat adanya potensi kenaikan kasus COVID-19 akibat libur panjang 28 Oktober hingga 2 November 2020.

Seperti pada Oktober 2020, keputusan Mayjen Tugas Ratmono selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet yang menolak mengurangi jumlah tenaga kesehatan pada Mei 2021 adalah keputusan tepat.

Hal itu terbukti pada Juni hingga Juli 2021 kasus COVID-19 di Indonesia melesat tajam. Bahkan, Indonesia sempat menjadi episentrum COVID-19 di dunia, ujarnya.

Baca juga: Tim Reaksi Cepat RSDC berhasil urai masalah kepadatan pasien COVID-19

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021