lebih baik menggunakan sendok, seloki, atau pipet agar bayi mendapat takaran ASI yang sesuai dengan kebutuhannya.
DKI Jakarta (ANTARA) - Dokter Konselor Laktasi dr. Ameetha Drupadi menegaskan tidak disarankan kepada orang tua untuk menggunakan botol dot pada bayi saat memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif.

“Untuk keberhasilan menyusui yang paling utama, hindari penggunaan botol dot dan empeng yang ada di 10 langkah keberhasilan menyusui,” kata Ameetha dalam acara “Pemberian ASI Langkah Strategis untuk Melindungi dan Menyehatkan Ibu dan Anak” secara daring di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan, penggunaan botol dot atau empeng pada bayi dapat mengganggu proses transfer ASI pada bayi, dan membuat bayi tersebut lebih nyaman menggunakan botol dot.

Apabila seorang bayi telah terbiasa meminum ASI melalui botol dot, Ameetha mengatakan akan terjadi perubahan terhadap pola hisap bayi, sehingga bayi akan lebih cepat untuk berhenti menyusu.

“Kalau botol dot terbuat dari silikon ya, tidak selentur areola. Jadi tidak bisa disamakan. Bayi kalau sudah kenal botol dia akan ‘keenakkan’, dia akan lebih suka botol dan tidak mau menyusu langsung,” kata dia menjelaskan mengapa penggunaan botol dot tidak disarankan.

Ameetha memberikan saran bagi para ibu yang menyusui dan harus pergi ke kantor, untuk melatih pengasuh atau keluarga pada saat memberikan ASI kepada bayi, lebih baik menggunakan sendok, seloki, atau pipet agar bayi mendapat takaran ASI yang sesuai dengan kebutuhannya.
Baca juga: KemenPPPA sebut pemberian ASI eksklusif anak Indonesia masih rendah
Baca juga: Saran dokter bila ibu tak bisa menyusui bayi langsung

Breastfeeding Counselor dan ASI Influencer Citra Ayu Mustika mengungkapkan dampak buruk yang dapat terjadi dari pembiasaan menggunakan botol dot pada bayi adalah bayi dapat terkena kondisi bingung puting.

“Semua botol dot atau empeng pada prinsipnya semua berisiko tinggi. Menyebabkan bingung puting,” kata Citra.

Citra menjelaskan kondisi bayi bingung puting ini dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni bingung puting parsial, bingung puting laten dan bingung puting total.

“Bingung puting total itu jadi anak tidak mau menyusu. Ada lagi yang namanya bingung puting laten, ini silent killer. Anak tetap mau menyusu tapi produksi ASI ibu turun drastis,” kata dia menjelaskan perbedaan dari setiap jenis kondisi bingun puting.

Lebih lanjut dia mengatakan, dampak lain yang dapat terjadi dari penggunaan botol dot tersebut adalah bayi lupa bagaimana cara untuk memerah ASI ibu.

“Kalau bayi menggunakan dot, bayi akan menjadi manja dan tidak ada aktivitas memerah aerola. Hanya menggunakan satu otot mulut atau wajah. Sehingga bayi lupa cara memerah ASI ibu,” ujar dia.

Ia mengimbau para ibu untuk tidak cepat tertarik dengan iklan yang menawarkan produk botol dot dalam jenis apapun dan lebih teliti dalam menyaring informasi yang didapat melalui media sosial. Hal tersebut bertujuan agar ibu dapat menyusui dengan nyaman selama dua tahun.
Baca juga: Kemenkes: Ibu positif COVID-19 boleh berikan ASI eksklusif bagi bayi
Baca juga: Kapan anak harus berhenti pakai dot?


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021