Beirut (ANTARA News/Reuters) - PM Libanon Saad al-Hariri Rabu menyampaikan dukungan pada penyelidikan pengadilan yang didukung PBB terhadap pembunuhan seorang politikus yang adalah ayahnya sendiri, proses yang banyak pihak khawatirkan dapat mencetuskan kekerasan antar-kelompok.

Para diplomat Barat dan sumber-sumber politik Lebanon mengatakan dakwaan yang diperkirakan terhadap sejumlah anggota kelompok gerilyawan Syiah Hizbullah dalam pembunuhan 2005 atas negarawan Sunni Rafif al-Hariri dapat dikeluarkan pada akhir tahun ini atau awal 2011.

Kelompok itu, bagian dari pemerintah persatuan nasional yang rapuh, membantah terlibat dalam pemboman Hariri, dan pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah telah mengatakan ia tidak akan membolehkan penangkapan anggotanya. Ia meminta Saad untuk tidak mengakui pengadilan itu.

"Mengenai pengadilan internasional dan dakwaan itu, ada resolusi Dewan Keamanan mengenainya. Ini jelas dan tak ada seorang pun yang dapat mengubah itu," kata Hariri pada konferensi pers dengan PM Turki Recep Tayyip Erdogan.

"Saya melihat bahwa setiap waktu kita membicarakan masalah itu, makin kami merusak negara ini. Kita harus berdialog sebelum tegang. Tidak ada perselisihan yang akan terjadi dan tidak ada yang akan menyeret kita ke dalam perselisihan," tegasnya.

Retorika sektarian meningkat dalam beberapa bulan terakhir ketika desas-desus ramai pada sekitar waktu dakwaan tersebut. Menambah ketegangan itu adalah laporan media Kanada pekan lalu yang mengaitkan Hizbullah dengan pembunuhan Hariri, yang telah menceburkan Libanon ke dalam krisis terburuknya sejak perang saudara 1975-90.

Atas permintaan Libanon, Dewan Keamanan setuju membentuk pengadilan itu pada 2007, tapi pengadilan itu masih belum mendakwa seorang pun karena pembunuhan tersebut.

Beberapa politisi Libanon telah memperingatkan kemungkinan kambuhnya kekerasan ketika dakwaan itu dikeluarkan. Dalam satu pertanda tingkat ketegangan itu, bulan lalu dua pejabat dari pengadilan tersebut telah dipaksa oleh sekelompok wanita untuk meninggalkan sebuah klinik di Beirut selatan, tempat mereka membuat janji untuk mengkaji ulang sejumlah berkas.

Hizbullah, yang berperang dengan Israel pada 2006, telah menuduh pengadilan itu menjadi alat Israel dan mengatakan para penyelidiknya mengirim informasi ke Israel.

Erdogan, yang sebelumnya berpidato pada pertemuan dari beberapa ribu warga Libanon di kota Sunni Kouweichra di Libanon selatan, menyampaikan dukungan Turki pada pemerintah Libanon yang stabil.

Ia juga mengatakan kedua negara telah menandatangani perjanjian perkongsian untuk membentuk zona perdagangan bebas. (S008/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010