Kulon Progo (ANTARA) - Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan wilayah ini masuk zona risiko rendah penyebaran COVID-19, bukan seperti informasi yang beredar yang menyebutkan bahwa Kulon Progo satu-satunya zona merah di Jawa.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kulon Progo Fajar Gegana di Kulon Progo, Kamis, mengatakan saat ini, pihaknya sedang mengupayakan landasan yang digunakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang menyebabkan Kulon Progo masuk zona resiko tinggi dalam aplikasi PeduliLindungi.

Zona risiko itu ada 14 indikator yang digunakan yang selama ini menjadi acuan. Kulon Progo tidak menunjukkan zona merah per 29 Agustus berdasarkan penghitungan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dengan Dinas Kesehatan bahwa sejak 19 Agustus, Kulon Progo berada di angka 2,56. Itu masih zona kuning atau zona risiko rendah, bukan zona risiko tinggi.

"Apakah ini pembaharuan datanya kurang lengkap atau seperti apa, karena kami masih berupaya menghubungi BNPB," kata Fajar Gegana.

Baca juga: Menkop-UKM tinjau vaksinasi penggerak koperasi di Kulon Progo

Baca juga: Pemkab Kulon Progo tangguhkan penggunaan vaksin Moderna bagi ibu hamil


Ia mengatakan beberapa indikator untuk mengukur dan pembaharuan data ke pusat, sebenarnya yang dipakai acuannya dari pusat, yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan.

Dari angka penambahan COVID-19, tingkat keterisian tempat tidur, pelaksanaan 3T, Kulon Progo masih sangat bagus dibandingkan kabupaten/kota di DIY. Sehingga Kulon Progo berdasarkan indikator yang ditetapkan Kemenkes, menempati Level 3 seperti dengan Kabupaten Gunung Kidul.

"Indikator Kemenkes ini menjadi acuan kami mengoptimalkan menekan BOR atau menambah tempat tidur untuk isolasi pasien COVID-19, atau memperbanyak penelusuran dengan melibatkan TNI/Polri. Kemampuan tes laboratorium di Kulon Progo juga meningkat dari 120 sampel per hari menjadi 400 sampel per hari," katanya.

Selain itu, positif rate di Kulon Progo juga menurun dari 50 menjadi 36,67. Jadi upaya pengendalian penyebaran COVID-19 dari Kemenkes. Semua sudah diupayakan, sehingga angkanya mengalami penurunan.

Sedangkan pengukuran tingkat mobilitas warga, kata Fajar, Pemkab Kulon Progo menggunakan indikator yang ditetapkan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi melalui aplikasi Sigap. Aplikasi tersebut menentukan tingkat mobilitas masyarakat diseluruh Indonesia.

"Di Kulon Progo sampai per 30 Agustus, tingkat mobilitas masyarakat masih bagus, mungkin di tempat lain sudah sibuk seperti di tempat pusat-pusat perbelanjaan, sedangkan di Kulon Progo jauh lebih baik. Ini terbukti dari Sigap.go.id bahwa intensitas di Kulon Progo sangat rendah," katanya.

Untuk itu, Ia berharap ada pembenahan-pembenahan data di pusat, karena informasi yang tertulis di media nasional membuat stabilitas jadi tidak kondusif dan membuat masyarakat resah. Kemudian apa yang telah dilakukan selama PPKM darurat sampai PPKM Level 4 ini sia-sia, padahal sudah melakukan lompatan jauh dalam penanganan COVID-19.

"Pada puncaknya Juli dan sekarang sudah rendah. Pada puncak penambahan kasus COVID-19, jumlah isolasi mandiri bisa mencapai 5.000, sekarang tinggal 800. Pada waktu itu, penambahan kasus rata-rata 300 kasus, sekarang di bawah 100. Sehingga tidak mungkin menjadi kabupaten satu-satunya dengan status zona merah di Jawa," katanya.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kulon Progo Baning Rahayujati mengatakan penghitungan zona masih menggunakan metode bobot 14 indikator, yakni penurunan angka kasus positif.

Data ini analisisnya per pekan, kemudian jumlah kasus aktif dalam satu pekan terakhir, penurunan jumlah kasus positif, penurunan jumlah kasus suspek, dan penurunan kasus positif yang dirawat di rumah sakit dalam satu minggu terakhir.

Selanjutnya, penurunan jumlah suspek yang dirawat di rumah sakit, persentase kumulatif pasien COVID-19 sembuh, insiden kumulatif kasus positif, insiden per 1000 penduduk, angka kematian kasus positif, jumlah pemeriksaan sampel, positif rate, rata-rata keterpakaian tempat tidur isolasi dan rata-rata keterpakaian ICU.

"Dengan indikator tersebut dijadikan acuan kenaikan kasus yang dibagi dalam empat zona, yakni zona risiko tinggi atau merah, zona risiko sedang atau oranye, zona risiko rendah atau kuning dan zona tidak ada kasus atau hijau. Sampai saat ini, kondisi di Kulon Progo di angka 2,56 atau masuk zona risiko rendah," katanya.*

Baca juga: 62 penghuni Asrama Tirtorahayu di Kulon Progo terkonfirmasi COVID-19

Baca juga: Di bawah 100, kasus harian COVID-19 di Kulon Progo-DIY mulai turun

Pewarta: Sutarmi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021