Wina (ANTARA) - Badan pengawas atom Perserikatan Bangsa Bangsa pada Selasa (7/9) mengkritik Iran karena menghalangi penyelidikan terhadap kegiatan masa lalu serta membahayakan pekerjaan pemantauan penting, yang mungkin mempersulit upaya melanjutkan pembicaraan mengenai kesepakatan nuklir Iran.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan dalam dua laporan kepada negara-negara anggota yang ditinjau oleh Reuters bahwa tidak ada kemajuan pada dua masalah utama. 

Masalah utama yang dimaksud adalah soal menjelaskan jejak uranium, yang ditemukan di beberapa situs lama dan tidak dideklarasikan, serta soal akses mendesak ke beberapa peralatan pemantauan agar badan tersebut dapat melanjutkan tugas melacak bagian-bagian program nuklir Iran. 

Sementara penyelidikan jejak uranium telah berlangsung selama lebih dari satu tahun, para diplomat mengatakan IAEA sangat butuh mendapat peralatan untuk menukar kartu-kartu memori sehingga tidak ada celah dalam pengamatannya terhadap kegiatan seperti produksi suku cadang untuk sentrifugal, mesin yang memperkaya uranium.

Tanpa pemantauan semacam itu dan apa yang disebut kontinuitas pengetahuan, Iran dapat memproduksi dan menyembunyikan jumlah yang tidak diketahui dari peralatan tersebut, yang dapat digunakan untuk membuat senjata atau bahan bakar reaktor.

"Keyakinan Badan itu bahwa mereka dapat mempertahankan kesinambungan pengetahuan menurun dari waktu ke waktu dan sekarang telah menurun secara signifikan," menurut salah satu dari dua laporan itu. 

Laporan juga menyebutkan bahwa sementara badan tersebut perlu mengakses peralatan setiap tiga bulan, kenyataannya IAEA tidak memiliki akses sejak 25 Mei.

"Kepercayaan ini akan terus menurun kecuali situasinya segera diperbaiki oleh Iran."

Seorang diplomat senior mengatakan keyakinan badan tersebut --bahwa peralatan itu masih bekerja dengan baik-- menurun dengan cepat setelah tiga bulan, dan sementara kartu memori harus tetap bekerja sedikit lebih lama, para inspektur akan membutuhkan akses segera.

Mantan Presiden Donald Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan 2015. Dalam kesepakatan itu, Iran menyetujui pembatasan kegiatan nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi.
 
Dalam menyikapi penarikan AS dari kesepakatan serta penerapan kembali sanksi, Teheran melanggar banyak  pembatasan yang diatur dalam kesepakatan itu.

Pembicaraan tidak langsung antara Amerika Serikat dan Iran tentang kedua negara kembali ke kepatuhan telah berhenti sementara Presiden garis keras Iran Ebrahim Raisi telah menjabat.

Prancis dan Jerman telah meminta Iran untuk segera kembali ke pembicaraan nuklir. Raisi mengatakan Teheran siap tetapi tidak di bawah "tekanan" Barat.

Baca juga: Iran salahkan AS karena jeda dalam pembicaraan nuklir


'Tanpa penundaan lebih lanjut'

Kritik pada Selasa oleh IAEA berarti Amerika Serikat dan sekutu Eropanya sekarang harus memutuskan apakah akan mendorong resolusi pada pertemuan Dewan Gubernur IAEA, yang akan berlangsung minggu depan, untuk menekan Iran agar menyerah. 

Dewan gubernur itu beranggotakan 35 negara. 

Resolusi juga dapat membuat upaya untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kesepakatan itu menjadi lebih sulit, karena Teheran biasanya menentang langkah-langkah seperti itu.

"Direktur Jenderal semakin khawatir bahwa bahkan setelah sekitar dua tahun, masalah perlindungan yang diuraikan di atas sehubungan dengan empat lokasi di Iran yang tidak diumumkan kepada Badan tetap belum terselesaikan," kata laporan kedua.

Laporan itu menyebutkan Iran harus menyelesaikan masalah luar biasa yang berkaitan dengan situs tersebut, yang mencakup pertanyaan tentang lokasi keempat yang belum diperiksa IAEA, "tanpa penundaan lebih lanjut".

Laporan tersebut memuat dugaan bahwa serangan yang nyata pada Juni di sebuah pabrik, yang memproduksi komponen sentrifugal di kompleks TESA Karaj, lebih buruk daripada yang diakui Iran.
 
Iran menyebutnya sebagai upaya sabotase oleh Israel, dengan mengatakan ada kerusakan kecil pada bangunan itu tetapi tidak ada pada peralatan.

Laporan IAEA pertama menyebutkan bahwa dari empat kamera pengintai IAEA yang dipasang di bengkel, satu hancur dan satu lagi rusak parah. Iran mengatakan telah menghapusnya sebelum menunjukkannya kepada inspektur IAEA Sabtu lalu.

Namun, "media penyimpanan data dan unit perekaman" kamera yang hancur itu, tidak termasuk di antara barang-barang yang disajikan oleh Iran, menurut laporan itu, seraya menambahkan bahwa IAEA meminta Iran pada Senin (6/9) untuk menemukan dan menjelaskannya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Sekjen PBB desak AS hapus sanksi Iran seperti kesepakatan pada 2015

Baca juga: Iran katakan kesepakatan nuklir dapat diselamatkan


 

Kebakaran besar terjadi di kilang minyak Teheran

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021