Batam (ANTARA) - Bakamla RI menjelaskan situasi di Laut Natuna Utara bahwa di sana memang terdapat banyak kapal asing, karena wilayah merupakan pintu masuk dari dan keluar lalu lintas kapal yang melalui Selat Sunda dan Selat Malaka.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Bakamla RI Kolonel Bakamla Wisnu Pramandita menjelaskan kata "ribuan" (kapal) yang disampaikan Sestama Bakamla Laksda TNI S Irawan bermakna umum, tidak dalam waktu yang berdekatan dan juga mencakup Laut China Selatan.

"Laut Natuna Utara berbatasan langsung dengan Laut China Selatan," kata Wisnu dalam keterangan tertulis yang diterima di Batam, Kepri, Sabtu.

Baca juga: Pemerintah diminta dorong nelayan eksploitasi ZEE Natuna Utara

Baca juga: TNI AL tak temukan ribuan kapal di Laut Natuna Utara saat patroli


Wisnu menyampaikan, Bakamla telah mengajukan rekomendasi kebijakan dan strategi menghadapi situasi di perbatasan termasuk di Laut China Selatan ke Kemenko Polhukam.

Dalam rekomendasi Bakamla, untuk menghadapi situasi di wilayah perbatasan, diperlukan tidak saja kehadiran aparat, melainkan juga pelaku ekonomi termasuk nelayan dan kegiatan eksplorasi ESDM serta penelitian.

Saat ini Bakamla tengah menyusun rencana aksi terkait rekomendasi kebijakan tersebut, satu di antaranya mendorong konsep pembentukan Nelayan Nasional Indonesia yang bertujuan mendorong kehadiran pelaku ekonomi sekaligus mendukung kegiatan monitoring di wilayah penangkapan ikan di LNU

Sementara itu Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Aan Kurnia menegaskan bahwa situasi di Laut Natuna Utara tetap aman terkendali saat ini. Nelayan tidak perlu khawatir serta dapat tetap beraktivitas sebagaimana biasanya.

Baca juga: TNI AL benarkan kapal induk AS kerap melintasi Laut Natuna Utara

Baca juga: Panglima Koarmada I TNI AL pastikan KRI siaga di Laut Natuna

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021