Bandung (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang berlangsung hampir satu tahun lebih ini telah membuat ekonomi daerah-daerah di Indonesia terpuruk, tak terkecuali Provinsi Jawa Barat (Jabar) dan Bali.

Tak ingin terus terpuruk meratapi hantaman pandemi COVID-19, Provinsi Jabar dan Bali mencetuskan sebuah program kerja sama yang mengusung cita-cita memulihkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)-nya.

Semangat kerja sama dua daerah tersebut didasarkan pada rasa solidaritas.

Kedua daerah itu bahu-membahu mendorong pemulihan ekonomi yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19, khususnya pada sektor UMKM.

Solidaritas terwujud dalam Beli Bali yang merupakan program kolaborasi Jabar-Bali untuk menggairahkan aktivitas produksi UMKM Bali.

Melalui Program Beli Bali, produk-produk UMKM Bali akan dipasarkan kepada warga Jabar via platform aplikasi borongdong.id.

Gubernur Jabar M Ridwan Kamil atau Kang Emil menuturkan, solidaritas harus terus tumbuh dan terawat sebagai wujud budaya gotong royong yang menjadi warisan turun-temurun masyarakat Indonesia untuk keluar dari situasi serba sulit akibat pandemi COVID-19.

Kang Emil menuturkan dirinya mengunjungi Bali pada hari ini atas nama soliditas daerah.

Selain itu, kunjungannya ke Pulau Dewata tersebut juga untuk melindungi warga Jabar juga yang sedang kesusahan.

Jawa Barat sahabat Bali dan hal itu menjadi kuncinya, kata Kang Emil saat meluncurkan Program Beli Bali di Rumah Sanur, Bali, Jumat (17/9).

Ia menuturkan ada sejumlah keuntungan yang didapatkan pelaku UMKM apabila bergabung dalam borongdong.id, salah satunya adalah produk menjadi terdigitalisasi dan pasar pun dipastikan akan meluas.

Pemprov Jabar, kata Kang Emil, akan intens mempromosikan produk-produk UMKM, termasuk UMKM Bali, kepada warga Jabar yang hampir mencapai 50 juta jiwa.

Dengan jumlah penduduk yang besar, Jabar dapat menjadi salah satu pasar yang baik bagi pelaku UMKM.

Program Beli Bali untuk tahap pertama dimulai dengan memasarkan produk UMKM kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) di Jabar.

Hal itu dilakukan karena ASN secara pendapatan relatif tidak terpengaruh oleh pandemi COVID-19.

Selain itu, ajakan untuk berbelanja produk UMKM saat pandemi juga merupakan bagian dari sikap bela negara dengan belanja.

Akses informasi menjadi rumus sederhana bagi pelaku UMKM untuk memasarkan produknya di tengah pandemi.

​​​​​​​Ada informasi, ada ekonomi, jika tidak ada informasi, tidak ada ekonomi.

Sehingga, dari hal tersebut bisa disimpulkan bahwa orang Jabar tidak bisa beli produk UMKM Bali karena tidak tahu.

Hal itu dilakukan karena ASN secara pendapatan relatif tidak terpengaruh oleh pandemi COVID-19.

Kang Emil pun meminta kepada Bank BJB untuk turut serta memasarkan produk UMKM Jabar dan Bali kepada nasabahnya.

Apalagi, nasabah Bank BJB sudah mencapai 4 juta nasabah. Jumlah itu bisa membangkitkan gairah pelaku UMKM untuk terus berproduksi.

Kang Emil berharap program Beli Bali dapat membangkitkan gairah pelaku UMKM Bali untuk tetap berproduksi dan memasarkan produknya meski jumlah kunjungan wisatawan ke Bali masih belum pulih.

Go Digital

Kang Emil meminta pelaku UMKM bukan saja beradaptasi dengan teknologi digital tapi menyiapkan produk mengantisipasi lonjakan permintaan dari pasar.

Dengan berjualan lewat digital maka umur dari bisnis UMKM akan panjang di tengah disrupsi industri 4.0 dan pandemi COVID-19.

Sama seperti manusia yang harus bisa beradaptasi, UMKM juga harus melakukan hal yang sama agar bisa bertahan di tengah terpaan dampak pandemi.

Adaptasi tersebut ialah dengan bisnis digital atau go digital.

Namun, masalah adaptasi UMKM untuk go digital tidak selalu berada pada sisi penguasaan teknologi, tapi juga bagaimana menyiapkan produk untuk memenuhi permintaan pembeli yang melonjak sebagai efek dari pemasaran digital yang dahsyat.

Ridwan Kamil bercerita pengalamannya menerima laporan dari pelaku UMKM yang sudah digital namun kembali lagi berbasis offline karena kewalahan memenuhi permintaan pasar.

Jika sudah go digital, maka ada "konsekuensi" positif yang harus dihadapi oleh pelaku UMKM yakni produk mereka bisa diakses oleh warga dari daerah mana pun.

Dan hal tersebut bisa berimbas kepada naiknya jumlah pesanan dari konsumen.

Belajar dari kasus itu, para pelaku UMKM juga harus mulai belajar proses transformasi menuju digital.

Sehingga ketika berjualan via online tidak ada kendala yang membuat pelaku UMKM tersebut kembali ke offline.

Meskipun banyak proses-proses transformasi yang harus dipelajari dan dilakukan oleh UMKM saat go digital, Kang Emil menyakinkan bahwa dengan going digital maka hal itu bisa menjadi solusi beradaptasi dan berumur panjang bagi bisnis di masa depan.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati pada acara peluncuran Program Beli Bali mengatakan solidaritas Jabar-Bali diharapkan terus menguat dan menyentuh sektor-sektor lain untuk kesejahteraan bersama.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi inovasi dan kolaborasi Pemda Provinsi Jabar-Pemda Provinsi Bali, karena Beli Bali merupakan salah satu wujud gotong royong dalam memulihkan perekonomian.

Salah satu pelaku UMKM Bali Elida menyambut program Beli Bali dengan antusias.

Elisa berharap program tersebut dapat berjalan dengan lama sekaligus memperluas pasar produk-produk UMKM Bali.

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldy mengatakan, pihaknya senang karena turut dilibatkan dalam program-program pengembangan UMKM.

Pihaknya menyampaikan terima kasih karena Bank BJB bisa diberikan peran untuk ikut serta dalam pengembangan, baik itu di borongdong maupun Beli Bali.

Keikutsertaan Bank BJB menjadi wujud nyata pihaknya dalam membantu UMKM di masa pandemi COVID-19.

Peluncuran Program Beli Bali menjadi cerminan bahwa kolaborasi dari berbagai pihak bisa menjadi kunci bagi UMKM untuk bangkit di tengah pandemi.
Baca juga: Ridwan Kamil ajak nasabah prioritas Bank BJB beli produk UMKM Bali
Baca juga: Pemprov Jabar-Bali luncurkan Program Beli Bali

 

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021