Pontianak (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Kalimantan Barat memperkuat kerja sama dalam mengatasi stunting (kekerdilan) di provinsi itu.

"Hari ini kami bersama dengan AIMI Kalbar melakukan pertemuan dan penandatangan terkait penanganan stunting di Kalbar," kata Kepala Perwakilan BKKBN Kalbar Tenny C Soriton di Pontianak, Selasa.

Dia menjelaskan BKKBN ditunjuk sebagai koordinator penanganan stunting oleh Presiden Joko Widodo melalui Kepres 72 tahun 2021, dan BKKBN telah melakukan terobosan dengan meluncurkan berbagai program penanganan stunting, di antaranya membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK), Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT), serta 1000 mitra.

Baca juga: BKKBN Kalbar mengajak masyarakat cegah stunting

"Salah satu program tersebut terkait dengan kegiatan sekarang, yakni 1000 mitra. Kami juga akan merangkul (membangun) mitra kerja dalam penanganan stunting, baik dari kalangan pemerintahan, pihak swasta maupun organisasi masyarakat, karena stunting ini bukan hanya tugas BKKBN, melainkan tugas kita semua," ujarnya.

Dia menambahkan dengan kerja sama ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang unggul, sehat, cerdas dan sejahtera serta bisa menurunkan angka stunting di Kalbar.

Menurut Tenny, AIMI merupakan organisasi masyarakat yang bergerak di bidang sosial dan kesehatan, dimana program-programnya bisa dikolaborasikan dengan program BKKBN, berjalan bersama-sama untuk mengatasi stunting dan membangun SDM yang unggul di Kalbar.

Sementara itu, Ketua AIMI Kalbar Aditya Gali Mustika mengatakan AIMI memiliki 19 cabang di seluruh Indonesia, salah satunya di Kalbar.

"Walaupun namanya AIMI Kalbar, fokus kami tidak hanya tentang ibu menyusui saja, tapi mulai dari kehamilan sampai anak di bawah lima tahun," katanya.

Jadi, rentangnya mulai dari 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sampai rencana lima tahun kehidupan, itulah target dari AIMI. Bahkan, sekarang sasarannya sudah melebar lagi ke remaja dan calon pengantin. Ini sesuai dengan apa yang di programkan dan dicanangkan oleh BKKBN.

Baca juga: Di Sarawak, pencatatan perkawinan isu penting pekerja migran Indonesia

Baca juga: BKKBN apresiasi Kubu Raya dengan aplikasi Geoportal WebGis


Ia mengatakan dengan latar belakang program dari AIMI ini, sasarannya adalah ibu hamil, balita, remaja, dan calon pengantin. "Kami berharap bisa memperkuat kerja sama ke depan untuk membangun SDM yang unggul," ujar Aditya.

Aditya menambahkan terkait kerja sama ini pengurus AIMI memiliki ruang lingkup yang terdiri atas konselor dan fasilitator menyusui. Dimana konselor dan fasilitator membantu para ibu dalam memberi makan bayi dan anak, yakni edukasi dan motivasi serta konseling.

"Apabila ada masalah dalam penanganan tersebut, kami segera lakukan tindakan dengan memberikan edukasi terhadap ibu menyusui serta kader yang ingin jadi konselor sebagai tindakan preventif terhadap masalah-masalah tersebut," ujarnya.

Dia menambahkan apapun program dari AIMI, baik terkait stunting, edukasi, konseling atau tindakan preventif, bisa masuk dalam program-program BKKBN.

Pewarta: Andilala dan Slamet Ardiansyah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021