diskusi, penelitian dan upaya konservasi yang saling bersinggungan patut mendapat perhatian yang mendalam
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan bahwa konservasi satwa liar harus mendapat perhatian yang sama besarnya dalam KTT PBB terkait perubahan iklim (COP26) di Glasgow, Skotlandia.

"Oleh karena itu, diskusi, penelitian dan upaya konservasi yang saling bersinggungan patut mendapat perhatian yang mendalam," ujar Alue dalam diskusi virtual pembuka WECMIC 2021 bertajuk Urgensi Konservasi Satwa Liar dalam Diskusi Perubahan Iklim Global di Jakarta, Senin.

COP26 ini merupakan momen bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam mengurangi emisi karbon dan kesempatan untuk menekan suhu bumi hingga 1,5 derajat. Secara garis besar, langkah untuk menekan kenaikan suhu dunia penting untuk mengurangi risiko dan dampak perubahan iklim.

Baca juga: UGM: Gencarkan upaya selamatkan satwa liar dari dampak perubahan iklim

Meningkatnya suhu global menyebabkan naiknya permukaan air laut, meningkatkan jumlah kejadian cuaca ekstrem, dan meningkatkan penyebaran penyakit tropis.

Selain munculnya berbagai bencana hidrometeorologi dan penyebaran penyakit, satwa liar juga akan terdampak. Menurutnya, satwa liar memainkan peran yang penting dalam mengatasi perubahan iklim. Maka dari itu, konservasi satwa liar sama pentingnya dengan transisi energi dan agenda konservasi hutan.

Satwa memainkan peran penting dalam sistem rantai kehidupan. Hilangnya sejumlah spesies satwa, berarti akan ada rantai kehidupan yang terputus.

Baca juga: KLHK: Indonesia lakukan langkah progresif dorong penghapusan merkuri

"Satwa liar juga dipaksa menghadapi perubahan iklim, sama seperti kita, manusia. Kepunahan spesies satwa liar akan membahayakan mata pencaharian manusia. Daftar Merah IUCN 2021 menemukan peningkatan kemungkinan kepunahan satwa liar di seluruh dunia," kata dia.

Maka dari itu, KLHK akan mendorong agar konservasi alam berada pada posisi yang setara dengan transisi energi dan konservasi hutan dalam diskusi perubahan iklim global.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Sigit Sunarta mendorong agar dilakukan peningkatan penelitian dan tindakan untuk menyelamatkan satwa liar dari dampak perubahan iklim.

Baca juga: Enam kelurahan di Kota Madiun raih penghargaan Proklim dari KLHK

"Penelitian dan tindakan diperlukan untuk mencegah lebih banyak spesies punah," kata Sigit.

Sigit menuturkan mulai sekarang penelitian tentang dampak perubahan iklim terhadap satwa liar di Indonesia khususnya harus ditingkatkan.

Hasil-hasil penelitian tersebut akan menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi para pemangku kepentingan dalam membuat keputusan yang tepat untuk menyelamatkan kehidupan liar termasuk satwa liar di Indonesia.

Penelitian terkait satwa liar di Indonesia harus diarahkan untuk menemukan cara yang tepat untuk mengurangi dampak terburuk dari perubahan iklim yang akan dihadapi oleh satwa liar.

Baca juga: KLHK: Satwa liar bermunculan di taman nasional selama pandemi

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021