Indonesia punya doktrin pertahanan yang diwarisi dari para pendiri bangsa yaitu politik bebas aktif.
Bukittinggi (ANTARA) - Juru Bicara Menteri Pertahanan (Menhan) RI Dahnil Anzar Simanjuntak memberikan kuliah umum tentang ekonomi pertahanan di hadapan ratusan mahasiswa dan aktivis kampus Universitas Muhammadiyah (UM Sumbar), di Bukittinggi, Kamis.

Turut hadir Rektor UM Sumatera Barat Riki Saputra dan Kepala Dinas Pendidikan Bukittinggi Melfi Abra dalam acara bertema "Ekonomi Pertahanan: Quo Vadis Pertahanan Indonesia, Biaya atau Investasi" itu.

Dahnil Anzar dalam penyampaiannya mengatakan ketahanan negara jauh lebih penting dibanding hanya sektor perekonomian semata.

“Keamanan dan perekonomian seringkali menjadi dua hal yang harus diberikan pilihan prioritas, mungkin banyak yang lebih memilih meningkatkan kesejahteraan ekonomi dibanding menciptakan keamanan, tapi apa guna kaya raya jika maling berkeliaran, banyak kejahatan mengancam,” ujar Dahnil.

Dahnil mencontohkan, Australia berafiliasi dan punya pakta pertahanan dengan Amerika Serikat, sementara ikatan perekonomian mereka kuat sekali dengan China, terutama di bidang ekspor impor.

“Nah, Australia akhirnya lebih memilih untuk konsisten berkoalisi dan berpihak ke Amerika Serikat dengan memperkuat pertahanan, di antaranya merancang kapal perang berkekuatan nuklir,” ujarnya pula.

Ia menyebut Indonesia punya doktrin pertahanan yang diwarisi dari para pendiri bangsa yaitu politik bebas aktif.

“Bung Hatta pernah menulis artikel berjudul Mendayung di antara Dua Karang, menjelaskan tentang politik luar negeri Indonesia. Karena sudah diatur konstitusi, maka Indonesia harus bersifat nonblok atau berpolitik secara bebas aktif,” katanya pula.

Indonesia dalam konteks pertahanan, menjaga kedekatan yang sama dengan semua negara, harus dekat dengan Amerika Serikat, harus dekat dengan China, NATO, atau Turki dan negara lainnya.

“Karena itu pula, pertahanan semesta harus dihidupkan. Alutsista harus kuat, kita tidak punya bekingan, tidak ada negara tertentu yang selain kita,” ujar mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah periode 2014-2019 itu.

Dahnil berkisah saat ia terpilih menjadi wakil Indonesia sebagai President Asia Pacifik Youth for Peace Initiative.

“Saat itu dicalonkan pemuda dari China, banyak yang menolak. Utusan India dicalonkan, Pakistan dan Bangladesh menolak. Ketika yang diajukan Indonesia, tidak ada satu pun yang menolak. Positifnya kita tidak punya musuh, atau bisa jadi mereka menganggap kita bukanlah ancaman,” katanya lagi.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bukittinggi Melfi Abra menyebut secara geopolitik, sejak ditemukan internet, Indonesia berada di tatanan dunia. Warganet sudah menjadi bagian penduduk dunia meski tidak terlibat langsung secara identitas kewarganegaraan.

“Rasa nasionalisme harus diciptakan dari seluruh komponen, sebab menyangkut pertahanan. Ketangguhan pertahanan ditentukan oleh kuatnya negara bersinergi dengan masyarakat, termasuk mahasiswa,” ujar Melfi.

Melfi menyebut di zaman yang sudah semakin maju, semua lini bercita-cita mewujudkan Indonesia emas di tahun 2045, atau saat peringatan seratus tahun Indonesia merdeka.

“Mahasiswa hari ini yang akan menjadi pemimpin di saat itu nantinya. Investasi pendidikan yang ditanam hari ini akan berdampak besar di masa depan,” katanya lagi.

Rektor UM Sumbar Dr Riki Saputra dalam sambutannya mengatakan menyambut baik kedatangan Dahnil Anzar.

"Beliau ini paket lengkap karena akademisi, politisi, dan pebisnis, kita bisa mendapat motivasi dari beliau, semoga menambah ilmu bagi kita semua khususnya bekal kepada seluruh mahasiswa UM Sumbar," kata dia pula.
Baca juga: Kemhan sebut Komcad perlu diperkuat bersamaan modernisasi alutsista
Baca juga: Dahnil minta publik tak berpolemik kontraproduktif temuan drone laut

 

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021