Jakarta (ANTARA) - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berupaya menjadikan seluruh anggotanya memiliki kepekaan dan wawasan terhadap isu gender dalam menjalankan tugas serta fungsinya.

Asisten Kapolri Bidang SDM Irjen Pol Wahyu Widada menyampaikan kepekaan gender itu wajib dimiliki oleh tiap personel Polri agar mereka dapat memberi pelayanan yang efektif kepada masyarakat, sekaligus menunjukkan sikap empati terutama kepada korban kekerasan seksual saat mereka menyampaikan aduan.

“Polri memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan pada masyarakat. Bersamaan dengan maraknya kasus kekerasan pada perempuan dan anak dibutuhkan polisi yang mampu memahami perspektif korban untuk memberikan pelayanan yang terbaik,” kata Wahyu menyampaikan pentingnya kepekaan gender pada sesi seminar di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Kapolri pastikan prosedur karantina di PLBN Entikong sesuai SOP

Dalam paparannya itu, ia juga meyakini kepekaan gender tidak hanya harus dimiliki oleh para polwan, tetapi juga anggota Polri laki-laki.

Alasannya sejauh ini, jumlah polisi laki-laki masih jauh lebih besar daripada polwan.

Wahyu menyampaikan jumlah polwan saat ini mencapai 5,91 persen dari total personel Polri 435.696 anggota, sementara rata-rata keterwakilan perempuan di kepolisian secara global menurut data UNODC mencapai 15,4 persen.

Jumlah polwan yang masih belum memadai itu menunjukkan Polri tidak dapat bergantung pada polwan dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dengan demikian, seluruh anggota Polri diharapkan juga memiliki kepekaan dan wawasan terhadap isu gender sehingga aparat dapat memberi pelayanan yang maksimal kepada korban yang melapor.

Terkait itu, SSDM Polri telah melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan sensitivitas/kepekaan gender para polisi.

Irjen Wahyu menyampaikan salah satu langkah itu SSDM Polri fokus pada bidang riset.

“Saat ini SSDM sedang melakukan riset mengenai kekerasan seksual dan pelayanan polisi sebagai dasar intervensi,” kata As SDM Kapolri.

Tidak hanya itu, SSDM Polri juga meningkatkan rekrutmen polwan sepanjang 2018-2021 untuk meningkatkan keterbukaan/inklusivitas.

“SSDM Polri juga meningkatkan jumlah polwan yang mengikuti dikbang (pendidikan dan pengembangan) personel selama tiga tahun terakhir,” sebut Wahyu Widada.

Ke depannya, SSDM Polri juga akan menggelar lebih banyak pelatihan sensitif gender untuk para pimpinan dan pejabat setingkat manajer.

Pelatihan itu diberikan tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan, tetapi juga para pimpinan itu diharapkan dapat mempromosikan budaya kerja inklusif gender dan menghapus praktik-praktik yang diskriminatif.

Baca juga: Polri ungkap perkara investasi ilegal jual aplikasi robot trading
Baca juga: Anggota DPR dukung Polri tindak semua pelanggar aturan lalu lintas

 

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022