pandemi COVID-19 saat ini adalah momentum terbaik bagi bangsa dalam melakukan reformasi di bidang kesehatan.
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 telah menempatkan reformasi sektor kesehatan sebagai prioritas utama pembangunan dalam upaya menghadapi ancaman wabah di masa depan kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Abdul Kadi.

"Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) sebagai aktor penting dalam pelayanan kesehatan di Indonesia perlu menempatkan isu kesehatan nasional sebagai agenda pembahasan utama yang paling penting saat ini," katanya saat menyampaikan sambutan dalam pramuktamar pertama PB IDI secara virtual yang diikuti dari YouTube MEDI Official di Jakarta, Kamis.

Menurut dia pandemi COVID-19 telah menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya pertahanan global terhadap kesehatan. Untuk itu Indonesia perlu melepas ketergantungan pada bahan baku produk impor dengan membangun kemandirian bangsa dalam sektor kesehatan.

"Kita harus bisa membangun dan mengembangkan produk lokal alat kesehatan, obat-obatan sehingga kita bisa bertahan di sektor kesehatan," katanya.

Ia mengatakan pandemi COVID-19 saat ini adalah momentum terbaik bagi bangsa dalam melakukan reformasi di bidang kesehatan.

Atas dasar itu, katanya, Kemenkes menggagas transformasi kesehatan Indonesia. Di antaranya layanan primer dengan cara mengembalikan fungsi puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan masyarakat.

"Kalau selama ini puskesmas banyak berperan sebagai rumah sakit kecil, ke depan akan lebih banyak fungsi promosi dan preventif. Kuratifnya kita kurangi jadi 30 persen dan 70 persen adalah promotif dan preventif. Kuratifnya kita redistribusi kepada klinik swasta utama dan pratama dan praktik perorangan agar beban di puskesmas berkurang," katanya.

Ke depan, kata dia, petugas puskesmas akan lebih dominan berkegiatan di luar ruangan untuk menyosialisasikan pencegahan penyakit kepada masyarakat.

Berikutnya adalah reformasi layanan kesehatan sekunder dengan cara meningkatkan layanan edukasi kepada masyarakat serta skrining kesehatan agar penyakit dapat dideteksi lebih dini.

Transformasi lainnya menyasar layanan rujukan dengan membangun sejumlah rumah sakit untuk empat pelayanan penyakit utama yang menyebabkan angka kematian terbanyak di Indonesia, yakni penyakit jantung, stroke, kanker dan layanan cuci darah.

"Prioritas kami melakukan distribusi layanan jantung terpadu di 34 provinsi. Target pada 2024 seluruh ibukota provinsi sudah ada layanan jantung terpadu," katanya.

Kemenkes memberikan prioritas kegiatan penanganan terhadap penyakit mematikan itu kepada PB IDI melalui beasiswa pendidikan dalam rangka memenuhi kapasitas dan SDM medis di rumah sakit tersebut.

Kemenkes juga mempersiapkan regulasi untuk mendorong semua produksi alat kesehatan dalam negeri wajib dibeli dan digunakan oleh pengelola rumah sakit.

 "Seluruh produk impor yang sudah ada padanannya di katalog elektronik akan di-'takedown' sehingga tidak bisa dijual di Indonesia," katanya.

Namun produk impor diizinkan dipasarkan di Indonesia bila produsen memenuhi kewajiban untuk membangun pabriknya di Indonesia, kata Kadir menambahkan.

Transformasi lainnya juga dilakukan pada SDM kesehatan untuk menambah tenaga kesehatan dokter dan perawat dan sebagainya.

"Semua layanan kesehatan kita ke depan tidak akan menggunakan alat manual tapi seluruhnya harus berbasis teknologi dan juga mengembangkan bioteknologi," demkian Abdul Kadir.

Baca juga: HUT Ke-76 RI, Tim Mitigasi IDI usulkan kegiatan reformasi kesehatan

Baca juga: Presiden ajak reformasi besar-besaran sistem kesehatan nasional

Baca juga: Bappenas: Pandemi COVID-19 ajarkan RI untuk perkuat sistem kesehatan

Baca juga: Menkes minta sektor kesehatan bertransformasi manfaatkan teknologi



 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022