Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Universitas Brawijaya Malang berupaya untuk memperkuat langkah pendampingan serta monitoring pada riset dan inovasi yang tengah berjalan agar tidak ada lagi penelitian yang terhenti karena mengalami kendala tertentu.

Wakil Rektor V Bidang Riset dan Inovasi Universitas Brawijaya Dr Bambang Susilo, di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa, mengatakan bahwa tidak sedikit riset dan penelitian yang terhenti akibat mengalami kendala seperti kurang atau tidak mendapatkan pendanaan.

"Oleh karena itu, dengan adanya Wakil Rektor V Bidang Riset dan Inovasi, kendala yang ada diharapkan bisa diminimalisasi," kata Bambang.

Bambang menjelaskan, ada sejumlah tantangan atau kendala dalam melakukan riset, diantaranya adalah terkait dengan pendanaan dan tidak adanya teknologi yang mampu mendukung pelaksanaan riset tersebut.

Baca juga: UB targetkan jadi perguruan tinggi kelas dunia di awal status PTNBH

Baca juga: UB kembangkan alat deteksi COVID-19 dan penyakit pernapasan


Oleh karena itu, Wakil Rektor V Bidang Riset dan Inovasi akan terus melakukan langkah monitoring terhadap perkembangan riset yang lahir dari Universitas Brawijaya. Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi riset yang terhenti.

"Upaya yang kami lakukan, nantinya akan kita lakukan monitoring terkait perkembangan, termasuk kelemahan. Terkadang masalah pendanaan atau teknologi yang mendukung tidak ada, itu nantinya bisa dikomunikasikan," ujarnya.

Dalam sebuah penelitian ada fase yang disebut dengan lembah kematian. Lembah kematian tersebut berarti, riset itu sebelumnya telah berjalan dengan baik, namun di tengah jalan mengalami kendala dan akhirnya tidak terselesaikan.

"Dalam penelitian, ada yang namanya lembah kematian. Jadi, riset sudah berjalan dengan baik, namun kemudian ada kendala, seperti pendanaan dan lainnya. Sehingga terhenti," katanya.

menurutnya, kendala lembah kematian dalam proses riset tersebut, tidak hanya dialami oleh para mahasiswa yang tengah melakukan penelitian, namun juga pada para akademisi yang juga melakukan proses tersebut.

Dengan adanya kendala tersebut, lanjutnya, proses riset yang dilakukan berpotensi untuk terhenti dan berdampak pada minimnya hasil riset yang bisa dilakukan hilirisasi atau memasuki tahapan komersialisasi.

"Hasil penelitian itu ada yang menghadapi lembah kematian. Itu hampir semua penelitian seperti itu. Sehingga penelitian yang bisa dikomersialisasikan hanya berkisar 2-3 persen," katanya.

Ia menambahkan, salah satu hal mendasar yang akan disiapkan oleh Wakil Rektor V Bidang Riset dan Inovasi tersebut adalah dengan mempersiapkan peta jalan yang kuat agar riset dan inovasi yang ada bisa terus berkembang hingga akhirnya memasuki proses komersialisasi.

Saat ini, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya memiliki kurang lebih 500 judul penelitian. Ia mengharapkan, sepuluh persen dari penelitian yang dilakukan tersebut bisa memasuki proses hilirisasi.

"Mudah-mudahan bisa, kita harus bisa. Ini sedang pada kondisi perubahan besar, dan kita harus menyesuaikan kondisi yang ada," katanya.*

Baca juga: Kemenpan-RB tetapkan FTP Universitas Brawijaya sebagai zona integritas

Baca juga: FIB Universitas Brawijaya gelar Festival Budaya Jepang secara digital


Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022