Amlapura (ANTARA News) - Pemkab Karangasem selama 2006 sampai 2010, telah menghijaukan lahan sangat kritis di wilayah itu seluas 9.060 hektar.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan I Ketut Mudita mengatakan hal tersebut di Amlapura, Kamis.

"Selain oleh pemerintah, masyarakat pun melakukan upaya secara swadaya sebanyak 1.963 hektar sehingga total lahan kritis yang sudah tertangani adalah 11.023 hektar," katanya.

Dia menjelaskan, lahan kering di Kabupaten Karangasem, Bali, mencapai 76.884 hektar atau 91,58 persen dari luas wilayah kabupaten tersebut, yakni 83.954 hektar.

"Dari luas lahan kering tersebut, sebanyak 51.654 hektar adalah lahan kritis dan 23.453 hektar lahan sangat kritis," katanya.

Untuk kegiatan reboisasi di dalam kawasan hutan selama kurun waktu itu dicapai 2.025 hektar dan di luar kawasan hutan dalam bentuk penghijauan lingkungan dan hutan rakyat seluas 8.998 hektar.

Mudita menambahkan, untuk kegiatan penghijauan dibutuhkan sebanyak 1.100 pohon/hektar. Untuk penghijauan hutan rakyat sebanyak 400 pohon/hektar dengan sifat penanaman yang pengayaan.

Dia menjelaskan, lahan sangat kritis tersebut berada di dalam kawasan hutan seluas 5.439 hektar sedangkan di luar kawasan hutan seluas 17.960 hektar.

Kondisi itu membuat Kabupaten Karangasem sebagai wilayah terluas kedua setelah Singaraja yang memiliki lahan kritis.

Sementara itu Wakil Bupati I Made Sukerana mengatakan bahwa pelaksanaan aksi sosial penghijauan yang dirintis selama ini hendaknya terus ditingkatkan dalam mendukung misi konservasi alam di Kabupaten Karangasem.

"Peningkatan itu dimaksudkan untuk menciptakan taraf kesuburan lahan kering agar dapat diberdayakan sebagai sumber kehidupan dan penghidupan," katanya.

Ia juga mengatakan, upaya penghijauan di wilayah Kabupaten Karangasem bakal terus berlanjut mengingat selama ini kegiatan tersebut sudah menunjukkan hasil yang signifikan, ditandai dilampauinya target penghijauan dalam lima tahun pertama.

"Saya optimis target penghijauan pada tahun 2011 akan juga terlampaui dalam realisasinya," ujarnya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011