Padang (ANTARA News) - Aliansi Mahasiswa Peduli Pedagang Pasar Raya Padang (Ampepara) menggelar aksi teatrikal yang menggambarkan orang tengah gantung diri dalam sebuah aksi unjuk rasa di Pasar Raya Padang, Minggu.

Unjuk rasa itu sendiri mereka lakukan untuk menuntut Pemerintah Kota (Pemkot) Padang membatalkan rencana pembongkaran dan pembangunan kembali Pasar Inpres II, III, dan IV.

Perwakilan mahasiswa Yogi Yolanda menyatakan, aksi itu bertujuan untuk mendesak Pemkot Padang agar memperhatikan nasib para pedagang di Pasar Raya, khususnya yang menempati bangunan Inpres II, III, dan IV.

"Aksi teatrikal gatung diri ini menunjukkan nasib para pedagang sama seperti digantung oleh Pemkot Padang, karena adanya rencana pembongkaran dan pembangunan kembali bangunan Inpres II, III, dan IV di Pasar Raya Padang," katanya.

Ia menambahkan, aksi itu mereka gelar juga sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib para pedagang di Pasar Raya.

Menurut mahasiswa, melakukan penggusuran terhadap para pedagang sama saja dengan membunuh mereka, karena pedagang menggantungkan hidup mereka dari berdagang di pasar tersebut.

Aksi mahasiswa itu merupakan yang kesekian kalinya terkait pembangunan Pasar Inpres di Pasar raya Padang, dimana Ampepara sendiri sebelumnya pernah menggelar lima kali unjuk rasa serupa.

Mereka menolak pembongkaran bangunan Inpres II, III, dan IV yang rusak pascagempa 30 September 2009.

Dalam dua hari terakhir, para pedagang membuka dapur umum pada malam hari untuk mengantisipasi pemagaran bangunan oleh Pemkot Padang.

Sejak Minggu dini hari ratusan pedagang terlihat bersiaga di toko mereka masing-masing menyusul beredarnya kabar bahwa akan ada pemagaran bangunan Inpres II, III dan IV oleh Pemkot Padang.

Mahasiswa dan pedagang menuntut Pemkot Padang agar bangunan Inpres I yang baru dapat ditempati pedagang korban gempa 2009 dengan gratis.

Selain itu, Pemkot Padang juga didesak tidak membongkar bangunan Inpres II, III, dan IV, karena dinilai hanya membutuhkan renovasi, tidak perlu dibongkar dan dibangun kembali.  (ANT276/R014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011