... Dalam enam bulan ini, kita bisa kalahkan Malaysia...
Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kian bergairah mengundang optimisme pemerintah untuk mengalahkan Malaysia. Menteri BUMN, Dahlan Iskan, menilai dalam enam bulan Indonesia sudah dapat menyaingi negeri jiran itu.

"Dalam enam bulan ini, kita bisa kalahkan Malaysia," ujar Iskan dalam seminar Tantangan BUMN ke Depan, di Jakarta, Kamis. Yang dia maksudkan itu pada aspek capaian pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.

Menurut dia, capaian pertumbuhan ekonomi di level 6,5 persen merupakan pencapaian yang luar biasa. Capaian ini cukup menonjol di ASEAN, Asia Timur, bahkan di dunia.

Kendati begitu pembangunan infrastruktur di Tanah Air masih kalah bersaing dengan Malaysia. "Memang, kita masuk jalan tol saja macetnya luar biasa. Ke depan, kemacetan bisa diatasi dengan kartu pass tol," tuturnya.

Pencapaian lain, kata Iskan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun ini diperkirakan mencapai 850 miliar dolar AS atau setara Rp7.400 triliun, sementara Belanda yang pernah menjajah Indonesia cuma 700 miliar dolar AS.

Satu hal yang seharusnya diperhitungkan adalah jumlah penduduk. Belanda dengan PDB 700 miliar dolar Amerika Serikat bisa membagi-bagikan kekayaan itu untuk sekitar 16,7 juta jiwa sehingga pendapatan perkapitanya 29.332 dolar Amerika Serikat.

Sementara Indonesia, angka 850 miliar dolar Amerika Serikat itu harus dibagi 237 juta penduduknya, sehingga pendapatan perkapita nasional cuma 4.657 dolar Amerika Serikat, alias cuma 0.16 pendapatan perkapita Belanda. Itupun masih mengandung disparitas dan kesenjangan yang sangat luar biasa, alias kue kemakmuran itu cuma dirasai segelintir kalangan saja.

Secara nominal, PDB Indonesia selama kuartal kedua mencapai Rp1.811 triliun, meningkat dari kuartal pertama yang Rp1.738,2 triliun. Dengan itu, berarti selama semester pertama PDB nominal mencapai Rp3.549 triliun.

Kinerja ekonomi Indonesia ini dicapai di saat prospek ekonomi global semakin suram. Pasar keuangan dunia terguncang menyusul isu resesi global jilid kedua. Di belakang munculnya isu tersebut adalah serangkaian data ekonomi buruk dari AS. (KR-SSB)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011