Krisis kemanusiaan di Yaman kemungkinan juga akan memburuk pada 2023 karena tidak adanya deeskalasi konflik
Jenewa (ANTARA) - Penderitaan warga sipil akibat berbagai konflik di seluruh dunia ditambah memburuknya keadaan darurat iklim serta kenaikan harga pangan dan energi membuat 2023 menjadi tahun dengan kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar, demikian Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) memperingatkan pada Selasa (29/11).

Di beberapa daerah di Somalia, tim ICRC mencatat kenaikan lebih dari 170 persen dalam hal jumlah anak kurang gizi yang dirawat di rumah sakit dibandingkan tahun 2021, sementara rumah-rumah sakit yang didukung ICRC mencatat peningkatan 30 persen dalam kejadian korban massal.

Dalam sebuah siaran pers, ICRC mengatakan bahwa sejumlah komunitas di Sahel terjebak di antara gurun yang semakin meluas, cuaca yang tidak menentu, serta kekerasan dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat kekerasan di Mali, Niger, Burkina Faso dan Mauritania.   
 
   Dalam sebuah siaran pers, ICRC mengatakan bahwa sejumlah komunitas di Sahel terjebak di antara gurun yang semakin meluas, cuaca yang tidak menentu, serta kekerasan, dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat kekerasan di Mali, Niger, Burkina Faso dan Mauritania.   


Situasi kemanusiaan di Afghanistan juga memburuk. Di rumah-rumah sakit yang didukung ICRC di seluruh negara itu, kasus malnutrisi anak pada 2022 sudah 90 persen lebih tinggi dibandingkan dengan 2021, meningkat dari 33.000 kasus menjadi lebih dari 63.000 sejauh ini pada tahun ini.

Krisis kemanusiaan di Yaman kemungkinan juga akan memburuk pada 2023 karena tidak adanya deeskalasi konflik, kurangnya perbaikan ekonomi, dan dampak yang lebih besar dari krisis iklim, ujar ICRC, seraya menambahkan bahwa 70 persen populasi di negara itu saat ini bergantung pada beberapa bentuk bantuan kemanusiaan.

Di Suriah, konflik selama lebih dari 11 tahun menyebabkan kerusakan serius pada jaringan air, mengurangi pasokan hingga 30 sampai 40 persen.

Di Haiti, lebih dari tiga juta orang menghadapi kebutuhan kemanusiaan yang semakin parah akibat kekerasan bersenjata berkepanjangan, kerusuhan sipil dan munculnya kembali kasus kolera.

 "Ada lebih dari 100 konflik bersenjata di dunia saat ini," kata Presiden ICRC Mirjana Spoljaric. "Komunitas global harus memastikan bahwa tidak ada konflik yang terabaikan, atau kita menanggung risiko banyak krisis menjadi semakin tidak jelas dengan mengakibatkan kerugian besar bagi kehidupan manusia." 
 
   "Ada lebih dari 100 konflik bersenjata di dunia saat ini," kata Presiden ICRC Mirjana Spoljaric. "Komunitas global harus memastikan bahwa tidak ada konflik yang terabaikan, atau kita menanggung risiko banyak krisis menjadi semakin tidak jelas dengan mengakibatkan kerugian besar bagi kehidupan manusia." 



 

Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022