Bandung (ANTARA) -
Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Irwan Meilano, menjelaskan bahwa gempa dengan kekuatan magnitudo (M) 5,2 di Banten, pada Selasa (7/2), disebabkan oleh aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia.
 
"Walau pun berkekuatan kecil, dampak getaran gempa bumi Banten tidak hanya dirasakan oleh daerah Jawa Barat, melainkan terasa hingga wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sampai saat ini belum didapati laporan kerusakan dan korban dari masyarakat," kata Dr Irwan Meilano, dalam keterangan tertulisnya, Rabu.
 
Masyarakat Jawa Barat kembali dihebohkan dengan gempa Selasa pagi (7/2). Dilansir dari situs resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi di Banten 7 Februari 2023 dengan kekuatan magnitudo (M) 5,2 pada pukul 07.35 WIB.
 
Pusat gempa berada di laut 66 km Tenggara Muarabinuangeun dengan kedalaman 10 km dan tidak berpotensi memicu terjadinya tsunami.

Baca juga: Warga pesisir selatan Banten tetap melaut pasca-gempa 5,2 SR

Baca juga: Gempa M5,2 di selatan Banten akibat aktivitas lempeng Indo-Australia
 
Menurut pakar kegempaan ITB tersebut, fenomena guncangan gempa Banten yang dirasakan sampai wilayah Jakarta diduga dapat disebabkan oleh dua faktor.
 
Pertama, faktor amplifikasi yang berarti gelombang seismik akan mengalami pembesaran, jika merambat pada suatu medium ke medium lain yang lebih lunak dibandingkan dengan medium awal yang dilaluinya.
 
Kedua, faktor lokal sebagai penunjang faktor amplifikasi dimana kondisi litologi Jawa Barat dan Jakarta yang didominasi batuan sedimen.
 
Skala II MMI berarti getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Skala III MMI terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
 
Sedangkan skala IV MMI berarti pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderit dan dinding berbunyi.
 
Menurut laporan BMKG, hingga pukul 08.00 WIB, hasil monitoring menunjukkan belum adanya laporan aktivitas gempa susulan (aftershock).
 
Meskipun demikian, masyarakat diimbau untuk menghindari bangunan rusak atau retak setelah gempa Banten ini terjadi, sebelum dapat kembali ke dalam rumah atau bangunan.
 
“Peristiwa hari ini memberikan pengingat bagi kita untuk lebih peduli terkait mitigasi bencana yang sekarang sudah mulai diabaikan oleh masyarakat,” ujar Dr Irwan Meilano.*
   

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023