Bendung Gerak Tempe dibangun dengan tujuan agar dapat menjaga permukaan air Danau Tempe sampai pada tingkat permukaan air terendam optimum ketika musim kemarau.
Maros (ANTARA News) - Bendung Gerak Tempe merupakan infrastruktur sebagai bagian dari MP3EI di Koridor Sulawesi yang mendukung sektor perikanan dan pertanian.

"Koridor Sulawesi sebagai kawasan pengembangan sektor perikanan, perkebunan, pertanian, dan pertambangan akan terus mendapat perhatian pemerintah. Adanya Bendung Gerak Tempe berfungsi untuk mendukung sektor perikanan dan pertanian, jaringan irigasi yang andal, dan jaminan ketersediaan air bagi masyarakat," kata Djoko Kirmanto, di Maros, Sabtu.

Keberadaan Bendung Gerak Tempe selain memberikan manfaat di bidang pertanian, juga sebagai penyedia pasokan air baku PDAM Kota Sengkang, dan sebagai sarana pariwisata dan transportasi air dari Sungai Cenranae ke Danau Tempe melalui fasilitas pintu navigasi.

Bendung Gerak Tempe dibangun selama tiga tahun yang dimulai tahun 2010 sampai 2012 dengan anggaran sebesar Rp139 miliar yang bersumber dari APBN murni.

Bendung Gerak Tempe dibangun dengan tujuan agar dapat menjaga permukaan air Danau Tempe sampai pada tingkat permukaan air terendam optimum ketika musim kemarau, sehingga dapat menjaga kelestarian sumber daya perikanan dengan target produksi 30-50 ton ikan/tahun.

Sementara di tempat yang sama, Gubernur Sulawesi Selatan, H Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pembangunan bendungan baru dapat mendukung produksi sekitar 10 ribu hektare lahan sawah.

"Dengan adanya bendungan baru seperti Bendungan Gerak Tempe di Kabupaten Wajo, maka persawahan di sekitarnya dapat berproduksi optimal," kata Syahrul.

Ia mengatakan, dengan adanya bendungan akan membantu produksi lahan pertanian menjadi tiga kali panen dalam setahun. Sektor tanaman pangan yakni padi dengan luas lahan 382 ribu ha dapat menghasilkan sekitar 2,2 ton beras.

"Sulsel sebagai daerah penyanggah pangan nasional mampu menghasilkan Rp21 triliun per tahun dengan rata-rata Rp3 trilun--Rp7 triliun dalam 100 hari atau setiap masa panen," katanya.

Selain sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura, lanjut dia, keberadaan bendungan juga dapat meningkatkan produksi di sektor perkebunan.

Ia mengatakan, Sulsel sebagai produsen kakao terbesar di Kawasan Timur Indonesia, ditargetkan menghasilkan nilai ekspor sekitar Rp11 triliun tahun ini.

Hal itu optimis dicapai dengan adanya penanaman pohon baru untuk menggantikan tanaman yang lama yang kurang produktif lagi.

"Adanya dukungan dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan di Sulsel telah menempatkan daerah ini memiliki pendapatan perkapita sebanyak Rp21 juta per tahun, ke depan digenjot lagi agar mampu mencapai Rp30 juta per tahun," kata Syahrul.

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013