Madinah (ANTARA News) - Jamaah haji dari Kloter 8 Palembang yang akan bergerak ke Madinah diminta uang tambahan untuk antaran koper oleh perusahaan transportasi setempat dengan alasan bus yang mengangkut mereka tidak bisa membawa semua koper jamaah sehingga mereka menyewa sebuah truk.

Ketua Kloter 8 Palembang Syarif Husein di Madinah, Senin menjelaskan, pengurus Bus Tabarak meminta uang tambahan lima riyal per jamaah karena satu bus hanya bisa memuat 25 sampai 30 koper sementara jumlah penumpang ada 45 per bus, akibatnya ada 10 sampai 15 koper per bus yang tidak bisa masuk.

"Mereka beralasan karena bus itu baru maka kapasitas bagasinya terbatas dan ada koper yang tidak terangkut," katanya yang kemudian mengumpulkan 1.790 riyal atau sekitar Rp5,5 juta dari 358 jamaah.

Sebelum menyerahkan uang itu, ia berkonsultasi dengan petugas sektor. Petugas sektor menyarankan agar uang itu tidak diberikan karena sudah menjadi tanggungjawab perusahaan bus tersebut atau paling tidak jumlahnya tidak sebesar itu.

Petugas itu juga menyarankan uang diberikan jika telah yakin ada truk yang mengangkut koper yang tersisa.

"Kebetulan truk sudah datang dan setelah dicek ternyata biaya truk itu jika dihitung hanya tiga riyal saja per jamaah, artinya pengurus bus itu ingin mendapat untung dari pungutan itu," katanya yang kemudian mengembalikan dua riyal kepada jamaah.

Ia juga mengaku, setiap kali berangkat menggunakan bus, pasti supir minta tip kepada jamaah, demikian juga para kuli angkut sehingga jamaah akhirnya bersedia memberikan tip atau baksis sebesar dua riyal untuk supir dan satu riyal untuk kuli angkut.

Sebelumnya Ketua Muassasah Adilla As`ad Ismail Masluh juga meminta jamaah haji Indonesia untuk tidak memberikan uang apapun terkait dengan pelayanan transportasi karena perusahaan bus sudah mendapat biaya yang pantas.

"Kalau ada yang meminta-minta tip agar dilaporkan ke kami, karena ada nomor pengaduannya. Jamaah juga jangan mengkoordinir untuk memberi tip ke sopir," katanya saat menjawab pertanyaan wartawan ketika ditemui di Kantor Muassasah Adilla di Madinah, Sabtu (28/9) malam.

Ternyata penggunaan bus-bus baru atau up grade yang dibiayai pula oleh Pemerintah Indonesia ternyata tidak juga menyelesaikan persoalan kapasitas bagasi. Kapasitas bagasi bus baru itu ternyata tidak lebih baik dari bus-bus tua yang umumnya meletakkan bagasi koper di bagian atas.

Namun, jamaah Indonesia juga tidak disiplin dalam soal batasan isi bagasi sehingga koper jamaah membengkak melebihi batas normal, akibatnya kapasitas yang tersedia tidak cukup.

Banyak juga tas yang sudah terputus bagian pegangan tangan karena terlalu beratnya tas jamaah yang diperkirakan sudah berisi oleh-oleh untuk dibawa ke Tanah Air.

Pewarta: Budi Santoso
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013