Tadi di Gandusari kerikil hingga batu sebesar jari tangan bertebaran, suasananya menakutkan, saya meluncur ke Sumber Agung ini tiba-tiba mereda, semburan lava pijar, tebaran kerikil maupun kilat jarang muncul lagi."
Blitar (ANTARA News) - Erupsi Gunung Kelud sejak Kamis (13/2) pukul 22.59 WIB yang diwarnai semburan lava pijar, lontaran abu dan kerikil hingga jarak puluhan kilometer serta sambaran kilat menyala-nyala, pada Jumat menjelang subuh mulai mereda.

Wartawan Antara yang memantau letusan gunung dengan ketinggian 1.776 meter di atas permukaan laut (dpl) dari daerah Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, sekitar pukul 03.30 tak lagi menyaksikan semburan lava pijar.

Belum diperoleh keterangan dari pihak berwenang, mengapa semburan lava pijar, kilat dan suara gemuruh disertai bunyi geluduk yang semula terdengar gaduh, tiba-tiba menghilang dan suasana langit di atas Gunung Kelud seolah menjadi sunyi.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Blitar Drs Izul Marom MSc, yang baru menembus perjalanan daerah "garis merah" dari lokasi pengungsian Kantor Kecamatan Gandusari ke pengungsian Kantor Desa dan SDN 1 Sumber Agung, di atas dam tanggul lahar, juga mengakui tidak lagi melihat aktivitas Gunung Kelud yang semula terasa "garang" dan menakutkan.

"Tadi di Gandusari kerikil hingga batu sebesar jari tangan bertebaran, suasananya menakutkan, saya meluncur ke Sumber Agung ini tiba-tiba mereda, semburan lava pijar, tebaran kerikil maupun kilat jarang muncul lagi," ujar Izul yang mengaku dari Rabu (12/2) malam belum tidur melakukan pertemuan, pemantauan dan berbagai persiapan mengantisipasi letusan Gunung Kelud.

Warga di berbagai tempat, baik yang di lingkungan perumahan/permukiman maupun di jalan-jalan raya, sebagian besar juga sudah masuk ke dalam rumah masing-masing atau ke tenda pengungsian.

Hingga kumandang di berbagai masjid menyongsong Azan Subuh, suasana tidak lagi hiruk-pikuk seperti saat baru terjadi letusan gunung, yang wilayahnya berada di Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang itu. (T007/M026)

Pewarta: Tunggul Susilo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014