Jakarta (ANTARA News) - Tiada jalan singkat menuju penguasaan teknologi kedirgantaraan alias aviasi bagi suatu bangsa. Harus meniti anak tangga demi anak tangga penguasaan teknologi dan berkomitmen tinggi untuk tetap setia pada visi yang digariskan.




Kira-kira demikian aura yang terasa saat ANTARA News bersama lima sejawat jurnalis Indonesia dijamu makan malam di hanggar utama Museum Kedirgantaraan Angkatan Udara Swedia (Flygvatenmuseum), di Linkoping, Swedia, beberapa hari lalu.




Para jurnalis itu duduk di meja panjang, "dikepung" saksi bisu sejarah panjang kedirgantaraan Swedia, atas undangan SAAB AB, pembuat pesawat tempur JAS39 Gripen serie.




Meja sederhana itu bertaplak putih, piring-piring juga putih dan gelas-gelas ditata secara sederhana pula.




Tidak ada yang istimewa dalam teknik menyajikan makan malam resmi itu, kecuali berada dalam temaram dan sorot lampu museum.




Flygvatenmuseum didirikan pemerintah kota Linkoping dengan donasi seluruh warganya dan dukungan semua pemangku kepentingan penerbangan Swedia.




Satu di antara sponsor utama Flygvatenmuseum adalah Pabrik Pesawat Swedia (Svenska Aeroplan Aktiebolag/SAAB AB), yang bisnis penting perdana mereka langsung terkait dengan pesawat terbang militer dan sistem pendukungnya.




Rombongan jurnalis Indonesia disambut secara khusus oleh manajemen Flygvatenmuseum pada malam hari. Ini sangat istimewa karena ketepatan waktu bagi orang Swedia mirip dengan keperluan akan udara bagi paru-paru.




"Museum dibuka khusus untuk rombongan ini sebagai ‘jembatan’ pengenalan atas budaya aviasi kami kepada Anda semua. Di sini, semua artefak utama sejarah penerbangan militer kami dipajang, dirawat, dan menjadi inspirasi," kata Gripen Sales and Marketing Business Area Aeronautics SAAB AB, Robert Bjorklund.




Dia duduk tepat berhadapan dengan ANTARA News. Posisi duduk memang diatur sedemikian rupa agar semua pejabat teras SAAB AB selaku tuan rumah bisa berada di antara para tamunya, agar interaksi langsung semakin lancar.




Sebelum makan malam digelar, para jurnalis diajak berkeliling museum dalam temaram sorot lampu yang menambah impresi kesejarahan semua koleksinya.




Seorang tua pemandu museum, yang juga pensiunan Angkatan Udara Kerajaan Swedia, telah tegak di posisinya menjelaskan berbagai hal terkait keamanan dan keselamatan, jika terjadi keadaan yang tidak menguntungkan.




Selesai itu, dia memasang mikrofon dan pengeras suaranya. Tur keliling museum dimulai ditingkahi tiupan angin musim dingin yang cukup keras walau minuman anggur (wine) telah disajikan untuk menghangatkan badan.




Obyek perdana yang dibicarakan adalah M1-Nieuport IV-G, lansiran 1912. Kondisinya? Sangat prima, bahkan dinyatakan masih sangat layak terbang.




Pesawat terbang sayap tunggal itu dibeli dari Prancis dengan donasi senilai 30.000 kroner Swedia oleh Swedish Aeronaitical Society.




Dalam sejarahnya, adalah Letnan Gosta von Porat yang menjadi pilot pertama Dinas Udara Kerajaan Swedia dan menjalani pelatihannya di Prancis, pada tahun itu juga. Sejak itulah era kedirgantaraan dan budayanya mengembang di Swedia hingga hari ini.




Bisa dibilang, M1-Nieuport IV-G itulah cikal-bakal penerbangan militer modern Swedia.




Oleh karena posisi Swedia yang "terjepit" antara Uni Soviet di sisi timur, Prusia-Jerman di sisi selatan, Inggris di barat laut, dan kepentingan negara Eropa lainnya, maka negara kerajaan itu memilih untuk menyerap semua kebolehan dan capaian teknologi dari banyak sumbernya.




Apakah itu cukup? "Tidak tentu saja, kami sangat berkomitmen untuk mengembangkan sendiri semuanya. Perlu diingat, negara kami berpenduduk sangat sedikit sehingga keunggulan berbagai kapital yang kami miliki harus ditegakkan," kata Bjorklund, letnan kolonel penerbang dalam militer cadangan Kerajaan Swedia.




Hanya beberapa jam, rombongan tiba di depan sosok asli JAS39 Gripen A dalam konfigurasi standar.




Bermula dari wacana pada 1982 untuk memulai pengembangan pesawat tempur baru pengganti JAS37 Viggen, penerbangan tes bisa dilaksanakan pada 1988 dan sejak awal dasawarsa 1990-an telah terdaftar dalam arsenal dinas aktif Angkatan Udara Kerajaan Swedia.




JAS39 Gripen A yang dipajang itu merupakan prototipe kedua yang diproduksi, dan masih layak terbang.




Itulah yang disebut dalam katalog Flygvatenmuseum sebagai pesawat terbang pertama di Skandinavia yang berfilosofi operasional multi peran, yaitu pesawat tempur udara, penyerang, penjegat, dan pengintai sekaligus.




Sangat efisien dan efektif, sejalan dengan "ideologi" masyarakat Swedia yang demikian dalam kehidupan kesehariannya.




Apakah semuanya dicapai dalam upaya yang singkat? "Sangat panjang. Secara berjenjang dan bertahap kami kembangkan semuanya sendiri, berbasis konsep Triple Helix yang kami anut, yaitu kesatuan antara pemerintah, institusi pendidikan, dan industri," kata Bjorklund.




Di Bumi, cuma segelintir negara yang mampu menopang semua keperluan pertahanannya secara mandiri, mulai dari kekuatan bawah air, permukaan laut, darat, udara, dan di luar batas cakrawala.




Sebutlah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Swedia, China, dan Jepang sebagai negara produser yang produk-produknya menjadi penetrator pasar dunia.




Rise dan pengembangan maenad basis sangat penting bagi Swedia. Data SAAB AB, hampir 30 persen keuntungan dikembalikan dalam pembiayaan riset dan pengembangan ini, sehingga peningkatan kualitas dan kapabilitas produk serta purna jualnya bisa dilakukan secara sinambung dan simultan.




Ditambah lagi dengan kesadaran pokok mereka bahwa pasar dalam negerinya cuma bisa menyerap 15 persen produk maka penyempurnaan produk adalah senjata utama mereka dengan memperhatikan kesinambungan dan simultanitas itu.




Sambil terus berbincang, tidak terasa pelayan datang. Dia menawarkan beberapa menu yang akan disajikan dengan menu utamanya potongan besar sejenis ikan salmon dalam saus dan beberapa kerat sayuran. Benar, orang Swedia penggila ikan dan olahraga.




"Cukup unik, kita makan malam di dalam hanggar museum Angkatan Udara Kerajaan Swedia ini… Skaal… !," kata Bjorklund, diikuti dengan acungan gelas wine penanda selamat bersantap.




"Lisooy…!" Inilah jawaban dari delegasi pers Indonesia.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015