Lebak (ANTARA News) - Sejumlah pedagang warga Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, mengaku produksi madu hutan daerah itu kini dilirik konsumen Jakarta sehingga dapat mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat itu.

Berdasarkan, pantauan, Kamis, menunjukan, sejumlah pedagang warga Suku Baduy berjalan kaki di Jalan Hardiwinangun menuju Stasiun KA Rangkasbitung dengan memanggul botol madu hutan yang hendak dijual ke DKI Jakarta.

Mereka menjual madu hutan dalam kemasan botol itu sudah biasa memadati areal Stasiun KA menuju Jakarta.

Sebab, permintaan minuman khas tradisional Baduy itu diminati konsumen warga DKI Jakarta karena dianggap bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

"Kami menjual madu hutan itu sekitare Rp100 ribu per botol dan bisa menjual 30 botol per hari," kata Iman, seorang pedagang warga Baduy yang tinggal di Cipaler Desa Kanekes Kecamatan Leuiwidamar Kabupaten Lebak, Kamis.

Saat ini, dirinya bersama lima rekannya menjual madu hutan ke wilayah DKI Jakarta karena permintaan masyarakat di sana cenderung meningkat.

Produksi madu hutan Baduy telah lama dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit, di antaranya, diabetes, asam urat, kolesterol, rematik, kurang darah hingga batu ginjal.

Karena itu, permintaan madu hutan khas Baduy laku keras di Jakarta.

"Kami setiap pekan ke Jakarta berjualan madu hutan Baduy, namun belum pernah tidak habis dengan 65 botol," katanya.

Begitu juga Sudrajat, pedagang madu hutan warga Baduy mengaku dirinya sudah empat tahun berjualan madu ke Jakarta dengan menggunakan jasa angkutan KA.

Bahkan, pelangganya juga terdapat pejabat negara hingga pengusaha.

Kelebihan madu Baduy itu diantaranya dapat meningatkan stamina juga cocok buat penderita diabates.

Sebab, madu hutan itu bisa mematikan racun-racun dalam tubuh yang dikonsumsi manusia melalui makanan dan minuman.

"Kami berjualan madu hutan itu kebanyakan pelanggan tetap," katanya.

Menurut dia, selama ini permintaan madu Baduy cukup tinggi sehingga banyak juga warga luar daerah datang ke sini, namun produksi sangat terbatas.

Saat ini, ujarnya, produksi madu hutan tidak menentu karena produksi hanya bergantung pada lebah yang berkembang biak di pohon-pohon besar di Gunung Kendeng, kawasan tanah hak ulayat Baduy.

"Apabila hewan lebah itu sudah berproduksi, baru dapat diambil," jelasnya.

Ia menyatakan produksi madu dilakukan dengan cara tradisional dengan diambil dari sarang (odeng-red), untuk dikeluarkan cairannya.

"Kami jika mengambil madu hutan bisa mencapai tiga sampai lima botol," ujarnya.

Kepala Bidang Industri, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Kabupaten Lebak, Herisnen, mengatakan, pihaknya terus mendorong usaha kerajinan Baduy, termasuk madu hutan.

Apalagi, dia menjelaskan, jiwa kewirausahaan para pedagang madu cukup tinggi. "Kami membina produksi madu hutan Baduy itu tidak begitu sulit karena mereka sudah memiliki keahlian dalam budidaya madu itu," katanya.

Pewarta: Mansyur
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016