Bojonegoro (ANTARA News) - Peneliti Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung menyatakan semburan lumpur bercampur air di Desa Jari, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, bisa hilang sendiri.

"Kalau kemarau semburan lumpur bercampur air akan berhenti sendiri," kata Peneliti Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung Dr Igan S. Sutawidjaja, MSc., di lokasi semburan, Kamis.

Lebih lanjut ia menjelaskan semburan lumpur bercampur air di kawasan setempat akan berhenti sendiri, ketika musim kemarau. Ketika hujan sudah berkurang, dan tidak ada air yang masuk ke dalam resapan tanah, maka tidak akan ada lagi semburan lumpur bercampur air.

Tapi, ketika hujan masih turun, semburan lumpur bercampur air masih akan terus berlangsung, disebabkan faktor air.

"Kalau kemarau tanahnya akan mengering, sehingga gas yang keluar dari tanah tertutup dan semburan berhenti sendiri," tandasnya.

Namun, katanya, kalau di lokasi setempat masih mengeluarkan gas, bisa saja menjadi Kahyangan Api ke-2 di Bojonegoro, sepanjang gas hidrokarbon yang keluar besar.

"Gas hidrokarbonya memang ada, tapi seberapa besar masih kami teliti" ucapnya.

Ia memperkirakan titik pusat lokasi semburan lumpur bercampur air di kawasan setempat, kedalamannya dangkal hanya ratusan meter. Perhitungan kedalaman titik pusat semburan, berdasarkan data suhu material yang keluar di lokasi semburan yang hanya berkisar 37-40 derajat celsius.

"Kalau titik pusat semburannya dalam, suhu semburan yang keluar semakin panas," ucapnya, menegaskan.

Menurut dia, faktor terjadinya semburan lumpur bercampur air di kawasan setempat, dipengaruhi adanya letusan kantong lumpur di dalam tanah, yang pecah, disebabkan adanya desakan dari bawah.

Sesuai peta geologi, lanjut dia, daerah setempat masuk sesar Selo Gajah sehingga sangat dimungkinkan terjadi semburan. Sesuai informasi yang diterima, warga di desa setempat, merasakan gempa, sebelum akhirnya muncul semburan lumpur.

"Kejadian ini bisa disebut "mud volcano" atau bencana semburan lumpur, tapi kecil, dan tidak akan membesar seperti Lapindo Sidoarjo," jelas dia.

Peneliti dari Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Yogyakarta, Dr. Hanik Humaida, yang ikut meneliti semburan lumpir di Jari, menambahkan penelitian yang dilakukan dengan mengambil air bercampur lumpur dan melakukan deteksi gas yang keluar dari semburan.

"Ada sejumlah gas yang keluar, antara lain, H2S (Hidrogen Sulfida), Co2, So2, juga lainnya," ucapnya.

Pewarta: Slamet AS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016