Jakarta (ANTARA News) - Pengenalan mengenai jamu sebagai industri berbasis budaya Indonesia diusulkan masuk dalam kurikulum sekolah, demikian disampaikan Wakil Ketua Kadin bidang Industri Berbasis Budaya Putri Kusuma Wardani.

"Tak kenal maka tak sayang. Makanya pengenalan manfaat jamu di Indonesia bisa dimulai sejak Sekolah Dasar, sehingga jamu tidak dipandang sebelah mata sebagai pengobatan," ujar Putri di Jakarta, Selasa.

Putri menyampaikan, pengenalan tentang jamu bisa dimulai dari mengenal tumbuh-tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai jamu-jamuan, seperti kunyit, jahe dan temu lawak pada tingkat SD, SMP hingga SMA.

Pada tingkat perguruan tinggi, lanjut Putri, ia mengharapkan terdapat mata kuliah yang membahas lebih dalam soal manfaat jamu bagi penyembuhan manusia.

"Jika ambil jurusan farmasi atau kedokteran, paling tidak ada dua SKS yang membahas soal khasiat jamu," ungkap Putri.

Ke depan, Putri bercita-cita agar jamu masuk ke berbagai rumah sakit sebagai bagian dari proses pengobatan, seperti yang sudah dilakukan di Tiongkok dan India.

Menurut Putri, pasien di rumah sakit yang beroperasi di Tiongkok akan ditawarkan dua pilihan dalam menjalani pengobatannya, secara modern atau tradisional.

"Kita bercita-cita ingin seperti negara lain yang memiliki ramuan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan," tukasnya.

Saat ini, Putri menambahkan, satu rumah sakit di Jakarta sudah menggunakan jamu sebagai salah satu proses pengobatan, yaitu Rumah Sakit Dharmais.

Rumah sakit kanker tersebut menggunakan suntikan yang mengandung kunyit putih dari Jepang sebagai pengobatan kanker, dengan harga Rp3 juta sekali suntik.

"Jika tidak ingin disuntik, mereka juga menyediakan jamu kunyit putih yang bisa diminum," pungkas Putri.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016