Tegal (ANTARA News) - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Energi Sumber Daya Energi (ESDM) bekerjasama mengupayakan hilirisasi teknologi konverter kit generasi kedua untuk mesin kapal nelayan.

"Kita ingin agar riset dan pengembangan itu menuju hilirisasi agar bisa diterapkan, manfaatkannya itu terasa bagi masyarakat. Salah satu riset yang kita kembangkan memang yang berkaitan dengan bidang kelautan dan ekonomi maritim," kata Staf ahli Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Bidang Relevansi dan Produktivitas Agus Puji Prasetyono usai observasi uji terap teknologi konverter kit generasi kedua di nelayan Kelurahan Panggung di Tegal, Jawa Tengah, Rabu.

Dari hasil uji terap konverter kit generasi kedua untuk bahan bakar minyak (BBM) bensin ke bahan bakar gas (BBG) elpiji di mesin kapal Kelompok Nelayan Gulamah selama setahun, menurut dia, menjadi bukti bahwa sebenarnya peneliti Indonesia mampu karena dengan konverter ini nelayan hanya perlu mengeluarkan Rp18.000 membeli LPG 3 kilogram untuk enam hari. "Yang harus kita kembangkan lebih lanjut adalah singkronisasi kebijakan antarkementerian".

Dalam hal pemanfaatan konverter kit untuk mengalihkan penggunaan BBM nelayan ke BBG yang sedang diupayakan Kementerian ESDM, ia mengatakan peneliti harus dipertemukan dengan pengguna agar apa yang dikembangkan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. "Jangan sampai nanti justru akhirnya mengambil dari luar dan Kita hanya jadi penonton".

Terkait dengan upaya masuk ke industri, ia mengatakan yang perlu diperhatikan karena sudah sampai di ujung riset dan pengembangan adalah uji skala industri. Termasuk soal Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan standarisasinya.

Ia meminta peneliti memperhatikan kualitas teknologi yang harus sesuai pengguna, biaya yang mampu membuat produk berdaya saing, serta "delivery" yang artinya siap untuk memproduksi dalam jumlah banyak.

Dirketur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin Zakiyudin pada kesempatan yang sama mengatakan dengan Indonesia memasuki pasar terbuka memang semakin dituntut untuk bisa menghasilkan produk sendiri. Karena apa yang dilakukan Kemristekdikti perlu dihargai.

"Kita tadi sudah lihat uji terapnya dan pernyataan nelayan cukup memuaskan. Mungkin nanti kita tinggal matangkan hasil penelitian ini ke uji skala industri. Karena jika kita bicara industri artinya sudah bicara massal dan harus terstandar, sehingga jaminan keseragaman produk itu harus ada," lanjutnya.

Ia menyarankan agar peneliti, dalam hal ini Abdul Hakim Pane dari PT Tritunggal Prakarsa Global bekerja sama dengan industri untuk bisa melakukan uji skala industri. Namun demikian, kerja sama dengan tingkat Usaha Kecil Menengah juga bisa dilakukan, yang terpenting line produksi berjalan sehingga standarisasi bisa dilakukan.

Sementara itu, Kasubdit Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Gas Kementerian ESDM Ahmat Wahyu Wardono mengatakan penggunaan konverter kit ini sebagai upaya menjalankan tugas kementeriannya mempersiapkan penggunaan energi alternatif di segala bidang, termasuk untuk nelayan. Ini ada juga kaitannya dengan semakin menipisnya minyak yang dihasilkan dari tahun ke tahun.

Kementerian ESDM, lanjutnya, setiap tahun menganggarkan pembagian paket mesin kapal dan konverter kit untuk nelayan agar semakin banyak yang beralih ke energi alternatif selain BBM. Pada 2016, kementeriannya telah menyalurkan paket tersebar ke 16.981 nelayan dan rencananya di 2018 dianggarkan paket untuk 40.000 nelayan.

Kementerian ESDM berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terkait kapasitas mesin kapal yang akan dibagikan karena harus disesuaikan dengan gross ton (GT) kapal nelayan yang dibagikan KKP. Dan hingga saat ini, menurut dia, syarat pengadaan paket mesin kapal dan konverter itu yakni mesin 13 Horse Power (HP) ke bawah, kapal di bawah 5 GT, menggunakan bensin, punya kartu nelayan, KTP, Kartu Keluarga dan diajukan oleh Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan setempat.

Terkait teknologi konverter kit generasi kedua yang telah melalui uji terap di laut selama satu tahun dan terbukti meringankan beban nelayan, hal yang masih menjadi persoalan, menurut dia, harga jual yang berdasarkan keterangan peneliti ada dikisaran Rp2 juta per unit sementara anggaran Kementerian ESDM hanya sekitar Rp1,1 juta per unit.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017