Jakarta (ANTARA News) - Sastrawan Narudin Pituin menyebutkan Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA sebagai sosok pembaharu sastra sejak era Pujangga Baru.

"Denny JA membawa pembaruan yang belum dilakukan generasi sebelumnya," kata Narudin di Jakarta, Selasa.

Narudin menyejajarkan Denny bersama sastrawan terkenal seperti Amir Hamzah, Chairil Anwar, Sutardji Calzoum Bachri dan Sapardi Djoko Damono.

Pada 2017, terjadi momen penting bagi Denny lantaran hasil karya puisi berjudul "Bilan Kami Punya" dibacakan mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Selanjutnya, puisi karya Denny berjudul "Di Balik Papan" dibacakan pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar pada Mei 2017.

Narudin menilai Denny cukup "kontroversial" bagi dunia sastra lantaran tidak hanya membawa penulisan puisi baru yang disebut puisi esai namun mengusung jiwa entrepreneurship, marketing, dan leadership dalam komunitas puisi yang sebelumnya sepi berita.

Diungkapkan Narudin, Denny juga menggabungkan fakta dan fiksi pada puisi maupun esai dengan catatan yang sentral yang menghadirkan fakta sosial.

Denny juga menyampaikan aneka tema kontroversi yang tidak pernah muncul dalam puisi seperti isu diskriminasi, LGBT, saham dan media sosial.

"Denny JA mengorbankan estetika, saya berbeda pandangan," ujar Narudin.

Estetika puisi esai, menurut Narudin, terdapat pada tahap yang beda meliputi keindahan melalui gagasan dan substansi puisi yang merupakan sebuah drama atau fiksi dari isu sosial.

Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018