Palembang (ANTARA News) - Salah seorang korban selamat dalam tragedi tenggelamnya Speedboat Awet Muda di perairan Tanjung Serai, Banyuasin, Sumatera Selatan pad Rabu (3/1) diduga karena kerusakan mesin.

Rizal (52) di Palembang, Kamis, menceritakan kronologis karamnya Speedboat naas itu yang menyebabkan 13 orang tenggelam (dua jasad sudah ditemukan) dari total 55 penumpang.

Warga Jalan Kolonel H Burlian KM 10 Palembang ini mengatakan Speedboat bertolak dari Primer II Karang Agung hendak menuju ke Palembang tidak mengalami kendala apapun.

Namun sekitar setengah jam berjalan Speedboat mengalami kerusakan mesin atau mesinnya mati.

"Saat itu Speedboat tiba-tiba mesinnya mati, rupanya ada as mesin yang patah. Kemudian pengemudi langsung menghubungi Speedboat lain untuk minta bantuan. Namun sebelum bantuan datang memang speedboat dipaksakan untuk jalan dengan ugal- ugalan oleh pengemudi nya," kata dia.

Ia melanjutkan saat berjalan itulah tiba-tiba ada gelombang sekitar satu meter lebih dan langsung menghantam speedboat.

"Seketika speedboat terbalik dan seluruh penumpang panik ada yang mengambil jerigen sebagai pelampung," kata dia.

Saat itu, Rizal duduk di bagian belakang Speedboat jadi bisa langsung melompat ke air untuk berenang menyelamatkan diri.

"Beruntung ada Getek (kapal kecil) langsung menghampiri saya dan penumpang lainnya, meskipun ada beberapa penumpang yang tidak bisa diselamatkan," kata dia.

Hingga kini tim gabungan yang terdiri dari Basarnas Palembang, Polairud dan TNI AL terus melakukan pencarian 11 korban yang belum ditemukan akibat tenggelamnya Speedboat Awet Muda diperairan Tanjung Serai Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (3/1) sekitar pukul 18.00 WIB.

Kepala kantor Basarnas Palembang Toto Mulyono di Palembang, Kamis, mengatakan timnya mengerahkan empat unit kapal dan 25 personil yang fokus mencari di area bagan 13 Banyuasin.

"Kami mohon doanya agar cuaca bersahabat sehingga seluruh korban yang hilang segera ditemukan," kata dia.

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018