Dhaka (ANTARA News) - Bangladesh pada Minggu (28/1) mulai membangun "taman pengendalian amarah" di ibu kota Dhaka, yang menurut wali kotanya akan membantu 15 juta warga mengatasi stres harian.

Kemacetan lalu lintas yang membuat komuter terperangkap di mobil mereka hingga lima jam sehari, polusi suara dan debu, kekacauan di musim hujan dan kejahatan kecil menjadi keluhan sehari-hari di sana.

Sayeed Khokon, wali kota di bagian selatan kota raksasa tersebut, berharap taman seluas 15 hektare yang dibangun dengan anggaran tujuh juta dolar AS (sekitar Rp93,4 miliar) di dekat kantor pemerintah utama itu bisa membantu mengurangi stres.

Proses pembangunan Taman Goswa Nibaroni (pengendalian amarah) diperkirakan akan memakan waktu 12 sampai 14 bulan dan akan meliputi danau, pojok kudapan, musik yang santai dan televisi-televisi dengan layar raksasa.

Konsepnya berasal dari tradisi kuno Bangladesh, tempat desa-desa memiliki "gubuk kemarahan" di tepi sungai terdekat untuk menenangkan orang-orang yang marah, ungkap wali kota tersebut.

"Ide semacam itu sudah lama dilupakan. Kehidupan kota bisa menimbulkan stres berat. Penduduk kota dengan mudah mengalami kegelisahan," kata Khokon kepada AFP.

"Kalau Anda bertengkar dengan istri Anda, Anda bisa pergi ke taman ini dan bersantai."

Dhaka, salah satu kota metropolitan dengan pertumbuhan paling pesat di dunia, kehilangan ruang hijau karena pembangunan massal distrik permukiman baru. Kota yang dulu dikenal dengan pepohonannya itu kini menjadi salah satu kota paling tercemar di dunia dengan tingkat polusi mendekati New Delhi di India.

Taman pengendalian amarah itu telah membagi warganet di media sosial, antara yang mendukung dan menganggapnya sebagai pemborosan anggaran. Para kritikus khawatir taman baru itu akan bernasib sama dengan ruang terbuka hijau lain di Dhaka, yang menjadi tempat nongkrong penjahat, pekerja seks dan pengedar narkoba.

"Inisiatif yang bagus sampai ini menjadi surga bagi penjaja narkoba dan pelacuran," tulis Iftekhar Alam di Facebook. (mr)

Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018