Jakarta (ANTARA News) - Gawai (gadget) menjadi bagian yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan anak, perangkat canggih ini jadi salah satu media belajar maupun hiburan untuk buah hati. 

Ada kalanya orangtua kebablasan dalam memberi anak akses pada gawai sehingga mereka jadi kecanduan bermain dengan gadget. Bagaimana cara mengatasinya?

Seto Mulyadi, ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, mengingatkan bahwa anak adalah peniru ulung yang selalu mengikuti perilaku orang terdekat, termasuk orangtua. 

Bila orangtua selalu asyik memusatkan perhatian ke layar handphone atau laptop, otomatis anak juga ingin ikut-ikutan. 

Pria yang akrab disapa Kak Seto itu menyarankan orangtua untuk menggantikan keseruan permainan di layar gawai dengan aktivitas lain yang sama menyenangkan. Bisa dengan permainan fisik atau mendongeng. 

“Penuhi kebutuhan gerakan persahabatan, melompat, memanjat dan cerdas tangkas yang menarik buat anak,” kata Kak Seto di Jakarta, Rabu (21/3). 

Selanjutnya, pencipta karakter Si Komo itu menyarankan untuk membuat kesepakatan soal penggunaan gawai di rumah. 

“Jangan mimpi punya anak penurut, tapi bermimpilah punya anak mandiri dan bisa bekerjasama,” ujar Kak Seto, menekankan orangtua tidak boleh otoriter. 

Buatlah musyawarah di rumah bersama anak, isinya adalah perjanjian mengenai pemakaian gadget. Hal-hal yang harus disepakati orangtua dan anak adalah kapan dan di mana (misalnya hanya ruang keluarga) gawai bisa dipakai. 

Jika orangtua berperan sebagai sahabat anak yang selalu menemani mereka bermain, anak tidak hanya akan mengandalkan gawai sebagai sumber hiburan. 

Baca juga: Anak ogah sekolah, ini saran Kak Seto

“Posisikan diri jadi sahabat anak, bukan komandan,” ujar dia. 

Jika ini diterapkan, setidaknya ketergantungan anak terhadap gawai bisa dikurangi karena teman utama anak adalah orangtua, bukan teknologi. 
 
Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi atau Kak Seto (ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisn)

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018