Jakarta (ANTARA News) - Mantan Wakil Ketua Umum PBNU KH As`ad Said Ali mengatakan munculnya kembali perdebatan antara agama dengan nasionalisme tidak terlepas dari propaganda kelompok neolib dan radikal yang ingin membuat kegaduhan di Indonesia.

"Sebenarnya diskusi soal agama dan nasionalisme sudah selesai. Itu muncul lagi karena globalisasi dan ada reformasi di mana kelompok neolib ingin memaksa neo-liberalisme, sedangkan kelompok radikal Islam ingin negara Islam lagi. Ironisnya, negara diam sehingga perdebatan ini muncul lagi," kata As`ad dikutip dari siaran pers di Jakarta, Sabtu.

Menurut As`ad, perdebatan tentang agama dan nasionalisme di Indonesia pernah terjadi sekitar 30-40 tahun sebelum kemerdekaan. Namun, perdebatan itu telah selesai setelah diputuskan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar negara pada 18 Agustus 1945.

"Di negara muslim lain, itu tidak terjadi, kita justru tuntas menyelesaikannya. Kita menggunakan kaidah bahwa agama dan negara tidak mungkin dipisahkan, makanya Indonesia bukan negara teokrasi, bukan sekuler, tapi negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Itulah Pancasila," tuturnya.

Oleh karena itu, As`ad mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia untuk tidak lagi melangkah mundur. Kalaupun ada yang dirasa kurang cocok untuk masa sekarang ini maka sebaiknya diperbaiki.

"Aturan yang kira-kira tidak cocok ayo kita perbarui, tapi konteksnya untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa pada era globalisasi ini," ujar mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini.

Ia pun berharap tidak semua hal dipolitisasi yang ujung-ujungnya muncul kegaduhan yang sebenarnya tidak perlu dan sekedar menghabiskan energi.

"Semua pihak atau golongan harus dirangkul dan jangan distigma. Juga jangan memaksakan sesuatu yang tidak bisa dipaksakan," ucapnya.

Ia pun menyinggung perdebatan tentang istilah Islam Nusantara yang diusung NU dan Islam Berkemajuan yang digaungkan Muhammadiyah. Menurutnya, kedua istilah itu baik karena intinya adalah Islam rahmatan lil alamin.

"Itu semua budaya, jangan dipertentangkan karena itu hanya mempertentangkan apa yang tidak perlu dipertentangkan. Islam Nusantara, Islam Berkemajuan itu sudah paling ideal di Indonesia. Jangan itu dijadikan isu politik untuk kepentingan politik yang tidak bermanfaat bagi perkembangan bangsa Indonesia," kata As`ad menegaskan.

Baca juga: Azyumardi: Nasionalisme Indonesia beda dari Timur Tengah

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018