Jakarta (ANTARA News) - Seluruh rangkaian acara berskala dunia, Sidang Umum ke-35 International Council of Women (ICW), organisasi perempuan dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Yogyakarta sejak tanggal 11 hingga 20 September 2018 berakhir sudah.
      Perhelatan yang juga dibarengi dengan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia di tempat yang sama, Hotel Grand Inna Malioboro di Kota Gudeg itu, pada 13-14 September 2018, telah berjalan lancar dan membawa kesan berarti bagi peningkatan kesadaran kolektif di tingkat dunia atas peran perempuan di berbagai bidang.
     Kedua acara yang diselenggarakan oleh ICW dan Kowani (Kongres Wanita Indonesia) serta didukung penuh oleh Kementerian BUMN dan 35 BUMN, termasuk Kantor Berita Antara, telah pula memilih tokoh perempuan Indonesia, Giwo Rubianto Wiyogo yang juga Ketua Umum Kowani, menjadi Wakil Presiden ICW.
      Itu menjadi pencapaian tertinggi kedua setelah Ketua Umum Kowani terdahulu, Kuraisin Sumhadi, terpilih menjadi Presiden ICW untuk periode 1994-1997, setelah dua periode sebelumnya berturut-turut menjabat Wakil Presiden ICW.
      Giwo pun memiliki kesempatan untuk mengulangi kesukseksan dari almarhumah Kuraisin Sumhadi, menjadi Presiden ICW, bila bisa bertahan selama dua periode atau hingga enam tahun mendatang pada jabatan yang kini telah diraihnya sebagai Wakil Presiden ICW.
      Hal menarik lainnya adalah "sejuta" kesan dari para delegasi ICW atas keramahtamahan rakyat Indonesia selaku tuan rumah dalam melayani para tamu dari berbagai penjuru dunia.
     Salah seorang delegasi ICW dari Taiwan, Betty Chang, misalnya sampai membuat kesan tertulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada rakyat Indonesia.
     Mantan Ketua Dewan Perempuan Nasional Taiwan itu senang berada di Indonesia.
     Sekitar 150 anggota delegasi peserta  Sidnag Umum ke-35 ICW juga mengunjungi dan bermalam di Balai Ekonomi Desa di 20  desa di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang berdekatan dengan kawasan wisata Candi  Borobudur.
      Suatu pengalaman yang sangat indah bagi para delegasi, yang membuat mereka terkenang dan akan hadir lagi membawa keluarganya ke sini, kata Giwo saat menyampaikan kesan-kesan para delegasi ICW.
      Giwo mengaku sebelumnya tidak memperkirakan bahwa delegasi akan terkesan dengan suasana yang amat berbeda dibandingkan dengan yang ada di negara  mereka. 
     Namun dengan berbagai kearifan lokal dan keramahtamahan  yang dipersembahkan oleh tuan rumah, membuat mereka amat terkesan dengan pengakaman berada di "homestay" di Balkondes yang dibangun oleh BUMN-BUMN untuk meningkatkan perekonomian bagi masyarakat desa setempat, itu.

                    Menikmati kuliner

     Terdapat 20 Balkondes yang dibangun  oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di 20 desa di Kecamatan Borobudur itu.
     Ke-20 Balkondes itu adalah Balkondes Bigaran (dibangun oleh Taman Wisata Candi), Balkondes Borobudur (Taman Wisata Candi), Balkondes Bumiharjo (Pembangunan Perumahan), Balkondes Candirejo (Semen Indonesia), Balkondes Giripurno (Taman Wisata Candi), Balkondes Giritengah (Jasaraharja).
      Lalu, Balkondes Kembanglimus (Patrajasa),  Balkondes Karanganyar (Bank BTN), Balkondes Karangrejo (PGN), Balkondes Kebonsari (Hutama Karya), Balkondes Kenalan (Bank Mandiri), Balkondes Majaksingi Desa Singkober (Jasamarga), Balkondes "The Gade Village" Ngargogondo (Pegadaian).
      Kemudian, Balkondes Ngadiharjo (PLN), Balkondes Sambeng (Patra Jasa), Balkondes Duta Menor Desa Tanjungsari (Bank BRI), Balkondes Tegalarum (Angkasa Pura II), Balkondes Tuksongo (Telkom), Balkondes Wanurejo (Bank BNI), dan Balkondes Wringinputih (Pertamina).
      Saat mereka berada di Balkondes, tak hanya ikut kegiatan bernilai kearifan lokal budaya Indonesia seperti bermain angklung, juga menikmati penampilan kesenian dari Desa Ngadiharjo, antara lain Tari Topeng Ireng Putri, gamelan karawitan, Tari Prajuritan Soreng, dan menikmati serta bermain gamelan karawitan.
       Mereka juga menikmati beragam kuliner khas tradisional Jawa, seperti, empal saus semur, ayam bakar pedas sambal karimata, lunpia sayuran, selada ayam ala Bali, sup buntut.
       Ada juga puding manuk nom (puding nasi), puding kelapa, dan colenak. Ereng Menoreh, minuman rempah-rempah khas, juga dihidangkan yang cocok sebagai penutup hidangan di suhu malam yang dingin di Pegunungan Menoreh, Borobudur.
      Bahkan buntil juga disajikan dan menarik para anggota delegasi untuk mencobanya. "Ini seperti rolade, tapi digulung dengan daun dan isinya bukan daging, melainkan ikan teri dan kelapa parut," kata Sheila Pepper, anggota delegasi dari Kanada, yang baru pertama kali mencoba buntil.
     Sheila termasuk beruntung pernah mencoba buntil, jenis makanan ini memang khas dan unik, sebagian orang Indonesia bahkan ada yang tidak tahu ada jenis makanan tradisional ini.
      Menurut Pepper, parutan kelapa sebagai isian lauk makanan baru kali pertama dia cicipi di Indonesia, meskipun bahan tersebut sudah populer digunakan di Kanada sebagai taburan suatu menu atau "topping".
     Ada lagi kegiatan menarik yang dilakukan ibu-ibu dari belahan dunia lain ini.
     Mereka turut aktif dalam kegiatan menjaga kelestarian lingkungan dengan melakukan penanaman pohon untuk menunjang Program Penanaman Sejuta Pohon. 
     Mereka menanam berbagai jenis bibit unggul pohon buah-buahan seperti mangga, duku, dan rambutan.
      Pohon buah-buahan sengaja ditanam agar dapat dipetik dan menjadi penambah kegiatan perekonomian masyarakat desa setempat saat musim panen buah-buahan tiba, bernilai jual.
      Kegiatan menanam pohon itu terlihat di sekitar Balkondes Karangrejo yang dibangun dan sementara ini dikelola oleh PT PGN (Perusahaan Gas Negara). BUMN itu juga membuka lahan yang dijadikan tempat agrowisata di desa itu.
     Menanam pohon di sekitar Balkondes yang berada di lereng Bukit Menoreh memang merupakan langkah strategis untuk menjaga kelestarian lingkungan.

                          Tujuh resolusi
     Sidang Umum ke-35 ICW menghasilkan tujuh resolusi dalam tema besar untuk tiga tahun kedepan "Social Protection for All Women and Girls: Sustainable Development for the World".
     Poin pertama resolusi itu adalah mengingatkan remaja putri akan bahaya penggunaan internet dengan mendesak pemerintah untuk berupaya memberi pendidikan dalam meningkatkan metode pembelajaran dan kualitas pendidikan melalui internet, kemudian mengajarkan para siswi untuk memanfaatkan akses internet secara bertanggung jawab.
         Selain itu, ICW meminta agar remaja putri diingatkan terhadap bahaya negatif penggunaan internet, serta memberikan perlindungan kepada data pengguna.
         Penguatan regulasi dan kerja sama internasional terkait perlindungan perempuan dalam menggunakan internet juga menjadi poin resolusi pertama itu.
         Poin resolusi kedua, ICW mengajak semua dewan perempuan di tiap kawasan untuk mendesak masing-masing pemerintah melaksanakan dan menegakkan hukuman yang efektif atas kekerasan yang terjadi kepada perempuan tua" dan memberi pelatihan kepada polisi dan petugas sosial untuk mengatasi pelecehan kepada orang tua.
      Resolusi ketiga ditekankan kepada perempuan migran dari kawasan Sub-Sahara Afrika untuk keadaan genting dengan mengajak dewan di kawasan untuk mendesak pemerintah memperkuat hukum pencegahan kekerasan kepada perempuan migran dan menyatukan upaya pencapaian HAM perempuan di tingkat nasional dan internasional.
      Untuk resolusi keempat, ICW meminta pemerintah untuk mencakup penyembuhan kondisi psikis sebagai bagian tanggap darurat dan mendanai bidang kesehatan mental serta pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang di masyarakat pascabencana.
      Resolusi kelima, yaitu meminta dewan di kawasan masing-masing untuk bekerja sama dengan seluruh pihak untuk memberi akses digital mengenai keterangan dan pendidikan lingkungan serta wisata alam.
      Resolusi keenam yang disepakati adalah ICW mendesak semua dewan nasional untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat mengenai isu yang terkait air bersih.
      Perempuan juga diminta terlibat pada semua tingkat pengambilan keputusan dalam keadaan darurat, dan upaya penanggulangan serta proses rekonstruksi untuk memastikan kebutuhan khusus perempuan kepada air bersih, termasuk ke dalam rencana strategis nasional dan internasional.
      Resolusi ketujuh, ICW mengajak para perempuan anggota dewan untuk melakukan tindakan, seperti bekerja sama dengan institusi nasional dalam mencegah dan memberantas segala bentuk pelecehan dan kekerasan kepada perempuan sebagai elemen inti kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
      Perempuan juga diharapkan memastikan keamanan di tempat kerja dengan upaya yang mendukung penciptaan ruang kerja yang aman dari pelecehan seksual dan meminta pemilik perusahaan untuk membuat kebijakan yang efektif memperkecil pelecehan seksual.
      Presiden ICW Jungsook Kim yang terpilih kembali dalam Sidang Umum ke-35 ICW itu menyebutkan ketujuh resolusi dibawa dalam sidang PBB di Markas Besar PBB, New York, AS, pada Maret 2019.
      Perempuan asal Korea Selatan itu bersyukur resolusi penting dan strategis itu dapat dihasilkan di Yogyakarta. Terima kasih Indonesia.

Pewarta: Budi Setiawanto
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018