Kasubdit Penyiapan Program Bioenergi Ditjen EBTKE Trois Dilisusendi mengungkapkan bahwa untuk sektor bioenergi sendiri pemerintah memiliki target 5,5 GW pada tahun 2025. Namun hingga saat ini baru sekitar 1800 - 1900 MW yang terealisasi, sehingga masih ada sekitar 4 GW yang harus diupayakan kedepannya.
"Makanya kami sangat mendukung peresmian PLTBm Siantan ini, kita bisa meningkatkan bauran energi dari bioenergi ya," kata Trois usai peresmian PLTBm Siantan, Senin.
Dia menambahkan, di Indonesia sendiri sudah ada banyak PLTBm lain yang tersebar. Antara lain seperti di Bangka atau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyebaran tersebut tergantung dari bahan baku yang dimiliki oleh daerah terkait, karena ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi.
"Misalnya ada beberapa kriteria tanaman yang cocok untuk menjadi bahan baku PLTBm ini. Seperti Kaliandra, karena memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, kemudian dia memiliki masa tanam yang lebih singkat," ujarnya.
Tantangan penyediaan listrik di pedalaman adalah pemilihan sumber energi, mengingat tidak semua pembangkit dapat bekerja optimal di pedalaman. Salah satu kriteria utamanya adalah kemampuan mengalirkan listrik secara stabil selama 24 jam.
Jenis sumber energi yang dapat mengalirkan listrik secara kontinyu adalah hidro, panas bumi, dan bioenergi, termasuk biogas dan biomassa. Di Kalimantan, potensi sumber energi terbarukan terutama biomassa, itu sangat besar, berbanding lurus dengan luasnya lahan perkebunan sawit.
"Oleh karenanya, pemanfaatan cangkang sawit dapat digunakan sebagai sumber energi untuk membangkitkan listrik yang ramah lingkungan dengan harga yang murah dan berkelanjutan," ucap Direktur Utama PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari, Alverno Soenardji sebagai pengembang PLTBm Siantan.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018
