Tidak hanya kapal rumah sakit, kapal angkut BBM, depo dan logistikpun diperlukan dalam satu satuan tugas. TNI Angkatan Laut merumuskan setidaknya ada tiga kapal rumah sakit untuk ditempatkan di masing masing kotama..."
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berencana menambah jumlah kapal rumah sakit untuk menangani kasus bencana alam yang belakangan ini sering terjadi di Indonesia. 

"Berkaca pada kasus bencana alam di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Sulteng yang waktu kejadiannya hampir berdekatan, pemerintah memandang perlu menambah jumlah armada kapal rumah sakit," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Gig JM Sipasulta usai pisah sambut jabatan Kadispenal, di Mabesal, Jakarta Timur, Senin. 

Mengenai jumlahnya, lanjut dia, TNI AL mengikuti keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Saat ini, TNI AL sudah memiliki kapal rumah sakit, KRI Soeharso-990.

"Kita (TNI AL) akan mempersiapkan personelnya," kata Gig yang mendapat promosi jabatan sebagai Danlantamal III/Manado. 

Idealnya, kata dia, melihat peristiwa bencana alam yang luar biasa di Aceh, Lombok dan Sulawesi Tengah, minimal TNI AL memiliki tiga unit rumah sakit terapung. 

"Mungkin kita bisa memiliki tiga kapal rumah sakit. Setidaknya, pemerintah akan membangun satu kapal dalam waktu dekat ini," tuturnya. 

Kadispenal menjelaskan, dalam setiap operasi TNI AL dibutuhkan armada pendukung tergantung dengan misi yang ditugaskan. 

"Tidak hanya kapal rumah sakit, kapal angkut BBM, depo dan logistikpun diperlukan dalam satu satuan tugas. TNI Angkatan Laut merumuskan setidaknya ada tiga kapal rumah sakit untuk ditempatkan di masing masing kotama, namun proses pengadaannya tergantung dari kemampuan anggaran pemerintah," kata Gig. 

Keterlibatan KRI dr Soeharso 990 dalam bencana alam di Indonesia sudah dimulai sejak tsunami Aceh 2004 lalu dan terus berlanjut ke bencana alam lainnya seperti Wasior, Padang, Lombok dan Palu. 

Sebagai kapal rumah sakit, KRI dr Soeharso, memiliki satu ruang UGD, tiga ruang bedah, enam ruang poliklinik, 14 ruang Panjang Klinik dan dua ruang perawatan dengan kapasitas masing-masing 20 tempat tidur. Dengan kemampuan ini, KRI Soeharso dapat disamakan dengan rumah sakit tipe B. 

Hingga saat ini, tambah Kadispenal, KRI Soeharso masih berada di Palu untuk menangani korban gempa dan tsunami di Sulteng. 

"Selama masih dibutuhkan, KRI Soeharso masih berada di Palu hingga pimpinan TNI menganggap rumah sakit terapung tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi di Sulteng," ucapnya.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018