Program retstorasi mengintegrasikan antara pemulihan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, yang dapat menjadi contoh dan inspirasi pengembangan lebih jauh di tempat lain
Jakarta, (ANTARA News) - Banyak program restorasi gambut, baik oleh pemerintah maupun korporasi, cenderung gagal karena hanya fokus pada pengembalian fungsi ekologi lahan gambut dan mengabaikan pemberdayaan masyarakat, ujar pengamat lingkungan.

Pengamat lingkungan hidup Berry Nahdian Furqon Berry dalam keterangannya di Jakarta, Senin menyatakan, dengan melibatkan masyarakat pada program restorasi dan pemulihan, dan pelestarian lahan gambut seperti maka akan muncul kesadaran masyarakat. 

"Dengan melibatkan masyarakat, akan diketahui kebutuhan masyarakat di wilayah restorasi gambut tersebut," katanya.  

Dan dari sanalah, lanjutnya, masyarakat akan turut serta dalam pelestarian dan pemeliharaan gambut, seiring dengan peningkatkan kesejahteraan mereka. 

Berry mencontohkan salah satu program restorasi gambut yang dibarengi dengan upaya pemberdayaan masyarakat yakni program Kampung Gambut Berdikari yang merupakan program CSR Pertamina di Sungai Pakning Bengkalis, Riau. 
 
Program tersebut telah mengintegrasikan antara pemulihan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, lanjut dia, program tersebut bisa menjadi contoh dan inspirasi pengembangan lebih jauh di tempat lain.

"Kalau praktiknya (Kampung Gambut Berdikari) memang bagus, ini bisa menginspirasi. Ada perbaikan lingkungan, kemudian masyarakat juga lebih berdaya, dan ekonominya lebih maju," katanya.
 
Kampung Gambut Berdikari yang merupakan  Program CSR Pertamina RU II Sungai Pakning tersebut dinilai banyak kalangan bisa menjadi percontohan, terutama terkait pengelolaan lingkungan berkelanjutan pada lahan gambut yang rentan terbakar. 

Program tersebut juga berhasil menerima berbagai penghargaan. Antara lain, Dharma Krida Baraya Adikarya Anugraha dalam gelaran 7th UNS Summit, Expo & Awards 2018. Selain itu, Kampung Gambut Berdikari juga memperoleh penghargaan dari Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) dan CSR Nusantara Award.

Dalam menjalankan program Kampung Gambut Berdikari, Pertamina melibatkan masyarakat, mulai penambahan peralatan pemadaman, pembentukan Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Api (Forkompa), hingga pelatihan pemadaman. 

Selain itu, pemanfaatan lahan bekas terbakar melalui pertanian budidaya nanas dan diservikasi pengolahan produk nanas seperti keripik, dodol, manisan, dan selai. 

Bahkan Pertamina juga membina sembilan Sekolah Dasar di Kecamatan Bukit Batu dengan menanamkan nilai-nilai Kampung Gambut Berdikari sejak usia dini. Implementasinya, kesembilan SD tersebut memiliki kurikulum berbasis lingkungan yang mengangkat isu-isu pencegahan kebakaran lahan dan hutan serta pemanfaatan potensi wilayah gambut. 

Selain itu juga  pengembangan hutan gambut menjadi Arboretum Gambut pertama di Sumatera dan menjadikannya sebagai sarana eduwisata yang dikelola masyarakat. 

"Makanya harus terus ditingkatkan dan didorong. Kalau ada semacam keberhasilan, juga bisa dipromosikan dan dipraktikkan di tempat lain. Yaitu untuk memicu dan mendorong wilayah lain dalam membangun program, yaitu dengan melibatkan peran serta masyarakat itu untuk restorasi lahan gambut," kata Berry.***3***

Baca juga: Republik Kongo jadikan Kalbar referensi restorasi gambut
Baca juga: Legowo 3:1 teknik budidaya nanas di lahan gambut Tangkit Baru
Baca juga: Perempuan-perempuan di daerah gambut Medang Kampai

Pewarta: Subagyo
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018