Jakarta, (ANTARA News) - Tali jerat terhempas ke udara, ditangkap sigap untuk memadu dengan tiang kokoh hingga terlilit kuat di tepi dermaga. Perahu kayu singgah beradu dengan riak gelombang bibir pantai.

Nampaknya, itu adalah perahu Jufrie, si penjerat ikan lautan untuk menyambung hidup keluarga kecilnya. Jufrie adalah nelayan yang pulang ketika surya baru menyapa dunia, ketika dinginnya angin laut usai menyapu daratan.

Kadang ia pulang dengan penuh harapan ketika hasil jeratan ulir jaringnya mampu memenuhi keranjang tempat ikan untuk di jual ke pasar. Namun, tidak jarang ia pulang dengan keluh dan lelah ketika semesta alam tidak menjadi kawannya dalam memenuhi ceruk ikannya.

"Kalau cuaca buruk, ya pulang seadanya dulu, karena tidak bisa dipaksakan juga," keluh Jufrie sembari melilitkan rajutan jaring ikan.

Jufrie salah satu diantara jutaan orang yang menggantungkan hidup dengan menangkap ikan, nelayan Padang Pariaman, Sumatera Barat ini, menjadi nelayan dengan belajar dari lingkungan hidupnya, di mana ia memang tinggal di tepi laut.

Ada yang membantunya mengarungi lautan, yaitu perahunya didukung dengan satu baling motor utama di belakang sebagai kekuatan laju melawan ombak. Baling motor tersebut didesain untuk menggunakan bahan bakar minyak layaknya motor bebek di daratan.

Namun saat ini Jufrie memiliki perangkat baru, sebuah konverter kit yang dirancang untuk mengubah motor perahu berbahan bakar minyak mampu menggunakan bahan bakar gas, gas elpiji tiga kilogram atau lazim biasa disebut "elpiji melon" (LPG).
Konversi BBM Ke BBG Nelayan Salah seorang nelayan penerima bantuan mencoba memasang konverter kit pada tabung khusus LPG pada pemberian paket perdana konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) di Anjungan Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (29/9/2017). Sebanyak 1.375 paket bantuan terdiri dari konverter kit, mesin kapal, dan tabung gas di serahkan kepada nelayan kecil secara gratis oleh Kementerian ESDM melalui PT Pertamina (persero) yang mampu menghemat biaya bahan bakar untuk melaut sebesar 50 persen. (ANTARA/Dewi Fajriani)
Dengan konverter kit tersebut perahu mampu melaju seperti berkekuatan bahan bakar minyak biasanya, perbedaannya adalah, nelayan lebih menghemat biaya dalam konsumsi bahan bakar.

Jufrie mengaku mampu menghemat biaya hampir 50 persen ketika sudah mengkonversi bahan bakar gas, walau tidak menjamin mendapatkan buruan ikan lebih banyak, namun menekan biaya operasional tersebut sudah lebih dari berarti bagi keluarga Jufrie untuk menabung. 

Pertamina   (Persero)   Marketing   Operation   Region   I telah  melaksanakan penugasan pemerintah untuk program konversi BBM ke gas elpiji dengan mendistribusikan 314 paket konversi kepada nelayan kecil di Padang Pariaman.

Konversi   BBM   ke   elpiji   membuat nelayan lebih hemat dalam hal operasional. Sebelumnya dengan menggunakan bensin, nelayan merogoh kocek sekitar Rp135.450 dengan asumsi penggunaan kapal selama 10 jam atau setara dengan 21 liter (Rp 6.450/liter). Namun, setelah konversi menggunakan elpiji, nelayan hanya memerlukan Rp 64.000 atau lebih hemat 50 persen.  

Lain wilayah, cerita tentang "melon" di perahu beranjak menuju Pulau Kahu-kahu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Matahari hampir terbenam, ketika Mohamad Fahri masih sibuk memasang mesin di perahunya.

Dia baru saja memperoleh paket Konversi BBM ke elpiji untuk kapal perikanan bagi nelayan kecil. Meski lelah karena telah mengantri sejak pagi, ia tetap bersemangat memasang mesin baru di perahunya.

Tak butuh waktu lama, mesin konkit berbahan bakar elpiji itu pun sudah terpasang. Dengan dibantu seorang teman, Fahri mencoba menyalakan mesin dan menggerakkan perahu ke tengah laut. Ketika semua berjalan lancar, wajahnya yang semula serius, berubah menjadi cerah.

"Kata teman-teman yang sudah pakai elpiji, biayanya lebih hemat. Kami jadi bersemangat untuk melaut," ungkap pemuda yang telah 5 tahun menjadi nelayan ini.

Semangat yang sama juga diungkapkan Sainuddin (42), ayah Fahri, yang berprofesi sebagai nelayan secara turun temurun. Sejak kecil mereka telah terbiasa membantu orang tuanya melaut. Namun selama ini, mereka masih menggunakan peralatan tradisional dengan mesin berbahan bakar BBM.

Sainuddin juga memperoleh bantuan konkit berbahan bakar elpiji untuk nelayan kecil. Berbeda dengan anaknya, Sainuddin telah memperoleh beberapa hari sebelumnya dan telah digunakan untuk melaut. Berdasarkan pengalaman yang singkat itu, menurut Sainuddin, ia sudah dapat merasakan manfaatnya. "Biasanya tiap hari saya butuh 5 liter BBM untuk melaut atau sekitar Rp 50.000. Namun dengan menggunakan elpiji, 1 tabung bisa dipakai 3 hari. Harga elpiji per tabung Rp 25.000," paparnya.

Dengan menggunakan elpiji, Sainuddin bisa menghemat Rp 125.000 untuk 3 hari. Ini artinya, biaya operasional BBM berhasil dihemat sekitar 80 persen.

Meski baru pertama kali menggunakan elpiji sebagai bahan bakar, para nelayan di Kabupaten Kepulauan Selayar ini mengaku tidak takut karena sebelumnya telah menggunakan elpiji untuk memasak.

Sesuai Perpres No.126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga elpiji untuk Kapal Perikanan Bagi Nelayan Kecil, kriteria nelayan yang mendapatkan paket konkit BBM ke elpiji antara lain nelayan yang memiliki kapal ukuran di bawah 5 Gross Tonnage (GT), berbahan bakar bensin atau solar dan memiliki daya mesin di bawah 13 Horse Power (HP).

Selain mesin penggerak sebagai bagian dari paket Konversi BBM ke elpiji yang akan dibagikan, juga termasuk dalam paket adalah konverter kit, 2 tabung elpiji 3 kg dan Isi, long tail serta aksesoris pendukung lainnya.

Pada tahun 2016 dan 2017 telah dibagikan sejumlah 5.473 dan 17.081 unit paket konverter kit. Sementara hingga Desember tahun  2018, sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 294K/10/MEM/2018 akan dibagikan sejumlah 25.000 unit konverter kit untuk 55 kabupaten/kota seluruh Indonesia. 

Elpiji melon sekarang tidak hanya bertugas di dapur, namun mampu mengarungi lautan bersama nelayan untuk menguatkan perkonomian negara maritim. 

Harapan besar juga didambakan para pelaut ini, bahkan program pembagian koverter kit gratis diharapkan mampu menyasar seluruh nelayan. Widhi, nelayan kecil asal Desa Keradenan, Tuban, Jawa Timur, salah satunya. 

Sebagai ketua kelompok nelayan di desanya, Widhi merasa bertanggung jawab menyampaikan aspirasi anggota kelompoknya yang belum memperoleh paket konkit. "Tahun 2018 ini banyak nelayan baru. Padahal mereka belum terdaftar ketika dilakukan survei pembagian konkit (konverter kit). Kalau program dilanjutkan, semoga mereka bisa dapat (konkit) juga," tambah Widhi.

***1***
Baca juga: 1.471 konverter kit disalurkan untuk nelayan di Kepri dan Sumut

Baca juga: Tiga kementerian upayakan hilirisasi konverter kit untuk kapal nelayan

 

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018