Jakarta (ANTARA) - Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai zoonosis atau penularan penyakit hewan kepada manusia dari kera jenis buntut panjang yang kerap merebak melalui topeng monyet.
 
"Hasil kajian kami bersama tim medis menyebutkan bahwa aksi topeng monyet di tengah masyarakat berpotensi menularkan penyakit rabies, cacingan hingga 'tuberculosis' (TBC)," kata Kepala Divisi Satwa Liar Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Rahmat Zai di Jakarta, Jumat.
 
Pada kurun 2013, JAAN bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta mendeteksi pelaku usaha topeng monyet yang dinyatakan positif mengidap TBC.
 
Penyakit TBC ditularkan kepada manusia melalui udara dari monyet pengidap penyakit pernafasan itu selama interaksi pelatihan maupun penangkaran.
 
Sejumlah kasus monyet yang pernah menggigit manusia pun dideteksi pihaknya mengidap rabies. Kasus itu menyerang beberapa bocah di kawasan Jakarta.
 
Berdasarkan laporan dari masyarakat yang masuk melalui call center JAAN di nomor telepon 082210800810,  eksploitasi terhadap satwa yang tidak dilindungi itu kembali muncul di Jakarta sejak Januari 2019 hingga sekarang.
 
"Sebelumnya topeng monyet sempat terhenti di Jakarta pada kurun 2013 hingga 2018 karena masifnya penertiban," katanya.
 
Dikatakan Zai, aturan hukum terkait larangan aktivitas topeng monyet di Jakarta tertuang dalam sejumlah peraturan pemerintah.
 
Di antaranya, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Pasal 66 ayat 2g dan Peraturan Kementan Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan Pasal 83 ayat 2.
 
Dasar hukumnya juga diperkuat melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1995 tentang Pengawasan Hewan Rentan Rabies serta Pencegahan dan Penanggulangan Rabies Pasal 6 ayat 1 dan Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum Pasal 17 ayat 2.
 
Pada kurun waktu 2013-2018, lembaga nonprofit itu bersama otoritas terkait menyita total 170 ekor monyet dari berbagai tempat di Jakarta, sabanyak 18 persen di antaranya positif TBC dan 100 persen cacingan.
 
"Ada pula yang positif rabies walau angkanya tidak terlalu besar," katanya.
 
Zai juga mendeteksi prilaku pengusaha topeng monyet yang melepas liar hewan peliharaannya di lingkungan masyarakat di Jakarta.
 
"Biasanya kalau si monyet sudah berusia tua, sudah tidak laku lagi menjadi topeng monyet karena anak kecil biasanya takut dengan tubuhnya yang besar sehingga pelakunya melepaskan begitu saja monyet di di Jakarta hingga menyerang manusia," katanya.
Baca juga: 50 satwa topeng monyet disita di Jabar
Baca juga: Pecinta primata Bandung kecam pertunjukan topeng monyet
Baca juga: Satwa eks-topeng monyet dilepasliarkan

Pewarta: Taufik Ridwan dan Andi Firdaus
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019