"Untuk mengantisipasi mewabahnya virus rabies, pemerintah daerah harus mampu mengatasi keberadaan anjing liar,"
Mataram (ANTARA) - Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek meminta Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mengoptimalkan penanganan anjing liar sebagai upaya mengatasi wabah rabies.

"Untuk mengantisipasi mewabahnya virus rabies, pemerintah daerah harus mampu mengatasi keberadaan anjing liar," katanya kepada sejumlah wartawan usai meresmikan gedung "Public Safety Center (PSC) 119 Mataram Emergency Medical Service" Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (13/3).

Ia mengatakan, meskipun dari hasil evaluasi kasus gigitan anjing di daerah ini mulai menurun, namun keberadaan anjing liar harus tetap diwaspadai karena mobilisasi mereka tinggi.

Karena itu, Menkes mengimbau kepada masyarakat kalau terkena gigitan anjing langsung minta penanganan medis, bukan dibersihkan menggunakan tanah atau lainnya.

Masyarakat yang terkena gigitan anjing, harus segera mendapatkan vaksin, jika tidak maka virus akan masuk ke syaraf dan pertolongannya akan lebih sulit dan berat.

"Karena itu, jika terkena gigitan anjing langsung ke pusat pelayanan kesehatan terdekat," katanya lagi.

Meskipun, lanjutnya, tidak semua gigitan anjing langsung kena gejala rabies sebab belum tentu anjing yang menggigit tertular rabies. Kecuali apabila anjing yang menggigit adalah anjing gila.

"Tapi untuk mengantisipasi kami mengambil kebijakan setiap yang digigit anjing harus disuntik vaksin karena mencegah lebih baik, sebab kita tidak tahu anjing liar yang menggigit anjing gila atau tidak karena setelah menggigit anjing liar lari," katanya.

Menyinggung tentang pendistribusian vaksin antirabies, Menkes menyebutkan, sampai saat ini pendistribusian vaksin bagus, dan vaksin tersedia setiap saat dibutuhkan.

"Jika daerah membutuhkan, tinggal mengajukan permohonan," ujar Menkes didampingi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB  Nurhandini Eka Dewi.

Ketersediaan vaksin antirabies tersebut, Nurhandini Eka Dewi menyebutkan, pendistribusian vaksin antirabies ke semua kabupaten/kota di daerah ini bagus.

"Saat ini masih tersisa sekitar 300 vaksin, yang akan kami kirim ke Kabupaten Dompu karena memiliki kasus gigitan paling tinggi," katanya.

Menurut dia, hingga hari ini jumlah kasus gigitan anjing di 10 kabupaten/kota se-NTB tercatat sebanyak 1.021 kasus dan 6 kasus meninggal. Dari 1.021 kasus itu, tertinggi di Kabupaten Dompu yakni sebanyak 871 kasus, sisanya ada di 9 kabupaten/kota lainnya.

Dikatakan, kasus gigitan anjing saat ini turun drastis dibandingkan saat puncaknya pada tiga-empat minggu lalu. Namun, kegiatan vaksinasi dan eliminasi anjing liar tetap berjalan.

"Capaian vaksinasi anjing 40 persen, tapi kalau kita mau aman harusnya 70 persen. Yang dieliminasi sekitar 4.000 sementara populasi anjing lebih dari 10 ribu," katanya. ***3***


 

Pewarta: Nirkomala
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019