Al-Quds (ANTARA) -  Sebanyak 150 pemukim Yahudi pada Kamis masuk secara paksa ke dalam Kompleks Masjid Al-Aqsha, yang sering menjadi tempat bentrokan di Al-Quds (Jerusalem) Timur, yang diduduki Israel, kata seorang pejabat Palestina.

"Sebanyak 150 pemukim Yahudi --yang didukung oleh sedikitnya 30 polisi-- telah masuk secara paksa ke dalam kompleks masjid tersebut sejak pagi," kata Firas Ad-Dibs, Juru Bicara Lembaga Waqaf Agama di Al-Quds --lembaga Jordania yang bertugas mengawasi tempat suci Muslim dan Kristen di kota tersebut-- kepada Kantor Berita Turki, Anadolu.

Setelah memasuki kompleks Masjid Al-Aqsha melalui Gerbang Al-Mugharbah, pemukim Yahudi itu terus melakukan perjalanan di kompleks tersebut, kata Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam. Mereka berjalan di halaman Masjid Kubbah Shakhrah (Dome of the Rock) dan Al-Qibali, kata pejabat itu.

Menurut Ad-Dibs, sejumlah pemukim Yahudi berusaha melakukan upacara agama Yahudi sebelum meninggalkan tempat tersebut melalui Gerbang As-Silsila,

Peningkatan ketegangan belakangan ini terjadi sehari setelah pemerintah Israel untuk sementara menutup Kompleks Masjid Al-Aqsha buat orang Palestina yang ingin beribadah, sehingga makin meningkatkan ketegangan di tempat suci tersebut --yang menjadi tempat bentrokan.

Ketegangan meningkat terus di Al-Quds sejak Februari, ketika polisi Israel menutup sebentar Gerbang Ar-Rahmah (Golden Gate), sehingga memicu kemarahan rakyat Palestina.

Dalam beberapa pekan sesudahnya, pemerintah Israel telah melarang banyak orang Palestina --termasuk tokoh agama-- memasuki Masjid Al-Aqsha, tempat suci ketiga umat Muslim setelah Mekkah dan Madinah.

Israel menduduki Al-Quds Timur, tempat Masjid Al-Aqsha berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Israel kemudian mencaplok seluruh kota itu pada 1980, dalam tindakan yang tak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Sumber: Anadolu 
Baca juga: Pemukim Yahudi cabuti anak pohon Zaitun-Almond di dekat Nablus
Baca juga: Palestina kutuk serangan oleh pemukim Yahudi

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019