Jakarta (ANTARA) - Solusi dari isu ketenagakerjaan yang diutarakan oleh kedua calon wakil presiden baik Ma'ruf Amin mau pun Sandiaga Uno dalam debat putaran ketiga masih berorientasi kepada angkatan muda perkotaan.

Seperti Ma'ruf Amin menyebutkan start-up sebagai upaya menyerap tenaga kerja, dan juga progam OK Oce yang akan dibuat menjadi skala nasional oleh Sandiaga Uno.

"Hal-hal yang dibahas oleh kedua calon masih bias milineal kita, dari kedua calon terutama calon nomor 02 Sandi, asumsinya angkatan muda itu adalah masyarakat perkotaan, padahal angkatan kerja usia muda juga ada di pekerja migran," kata Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin.

Soal pekerja migran hanya disebut sepintas lalu oleh calon nomor 01 Ma'ruf Amin. Ma'ruf mengatakan tenaga kerja migran sudah mengalami perkembangan dengan adanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran.

"Dahulu kebijakan yang ada berorientasi pada penempatan, namun sekarang lebih berorientasi kepada perlindungan. Namun sayangnya hal itu tidak dielaborasi lebih lanjut lagi," kata Wahyu.

Dia mengatakan seharusnya Ma'ruf lebih menguraikan tindak lanjut yang harus dilakukan setelah Indonesia memiliki undang-undang tersebut. Ma'ruf seharusnya juga dapat mengkaitkan masalah pekerja migran dengan revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK).

"BLK sangat dekat dengan pekerja migran dan pekerja sektor informal lainnya. BLK yang potensial untuk mempersiapkan mereka untuk pasar tenaga kerja internasional tidak dielaborasi dalam bahasan calon nomor 01," kata dia.

Sementara itu, menurut Wahyu, Sandi menilai pekerja migran dengan tendensi yang lebih negatif. Dia menilai Indonesia tidak perlu mengirimkan tenaga migran lagi.

Wahyu mengatakan di dalam visi-misi pasangan calon nomor 02 telah memuat tentang tenaga kerja migran, namun program-program tersebut jangan sekadar janji-janji dan sentimen saja.

"Menyebut anti pekerja asing, padahal faktanya pekerja asing hanya sedikit, menyebut anti sistem alih daya tetapi tidak tahu solusinya seperti apa, menyebut tentang kesesuaian pendidikan dengan dunia kerja tetapi tidak dapat memberikan contoh seperti apa. Hal ini dapat mengaburkan program yang sebenarnya bermanfaat," kata dia.
 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019