Dalam kebijakan ke depan, pemerintah fokus menggenjot kinerja industri manufaktur...
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan sejumlah sektor industri manufaktur mampu mencatatkan kinerja positif di atas pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I tahun 2019.

“Hal ini ditunjang karena komitmen dan kebijakan pemerintaah saat ini dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif,” kata Airlangga lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 4,80 persen pada triwulan I 2019. Jumlah tersebut meningkat dibanding perolehan sepanjang tahun 2018 yang berada di angka 4,77 persen.

“Industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar kepada struktur produk domestik bruto (PDB) nasional hingga 20,07 persen pada triwulan I 2019. Jumlah tersebut naik dibanding capaian sepanjang tahun 2018 sebesar 19,86 persen,” ungkap Airlangga.

Adapun sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 18,98 persen. Disusul industri pengolahan tembakau yang tumbuh hingga 16,10 persen, kemudian industri furnitur tumbuh 12,89 persen, serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang tumbuh 11,53 persen.

Kinerja positif juga diikuti oleh industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman yang mengalami pertumbuhan 9,22 persen, industri logam dasar tumbuh 8,59 persen, serta industri makanan dan minuman tumbuh 6,77 persen.

Sektor-sektor manufaktur ini yang mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan I 2019 sebesar 5,07 persen.

Sebagian besar industri-industri tersebut adalah yang sedang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Sektor ini yang memiliki dampak ekonomi besar dan kriteria kelayakan implementasi industri 4.0, serta dilihat dari kontribusi terhadap PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi dan kecepatan penetrasi pasar,” paparnya.

Di samping itu, meskipun neraca perdagangan secara nasional mengalami defisit perdagangan pada triwulan I 2019, beberapa sektor industri masih menghasilkan neraca perdagangan yang positif.

Beberapa di antaranya yakni industri makanan dan minuman dengan ekspor sebesar 6,4 miliar dolar AS dan impor sekitar 2,38 miliar dolar AS, kemudian industri tekstil dan pakaian jadi dengan nilai ekspor sebesar 3,38 miliar dolar AS dan impor sekitar 2,03 miliar dolar AS.

“Dalam kebijakan ke depan, pemerintah fokus menggenjot kinerja industri manufaktur karena akan menjadi sektor andalan atau menjadi faktor daya ungkit bagi perekonomian nasional,” tegas Airlangga.

Selanjutnya, sesuai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) program prioritas pemerintah mulai tahun ini adalah pembangunan SDM berkualitas, termasuk di dalamnya mendorong SDM industri agar lebih produktif dalam meningkatkan nilai tambah tinggi terhadap produk industri dalam negeri.

“Pemerintah juga terus berupaya menggalakan ekspor dengan percepatan penyelesaian kerja sama perdagangan dengan negara-negara mitra serta meningkatkan ekspor ke negara-negara non-tradisional. Selain itu, pemerintah mendorong penumbuhan industri antara, agar dapat mengurangi ketergantungan impor,” kata Airlangga.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019