Cirebon (ANTARA) - Gamelan berusia 600 tahun lalu peninggalan Sunan Gunungjati Cirebon, Jawa Barat, ditabuh setelah pelaksanaan shalat Idul Fitri 1440 Hijriyah dan ini merupakan tradisi turun temurun yang terus dilestarikan.

Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat di Cirebon, Rabu, mengatakan gamelan sekaten yang ditabuh ini merupakan peninggalan Sunan Gunungjati dan salah satu metode penyebaran Islam di tanah Jawa.

"Setiap setelah shalat ied di Keraton Kasepuhan selalu ditabuh gamelan sekaten yang merupakan peninggalan Sunan Gunungjati," kata Sultan.

Gamelan sekaten merupakan kepanjangan dari 'syahadatain' yaitu dua kalimat syahadat yang merupakan rukun Islam.

Dahulu kata Sultan, gamelan ini ditabuh oleh Sunan Gunungjati dan setiap orang yang akan menyaksikan hiburan tersebut membayarnya tidak dengan uang atau harta, tetapi cukup menggunakan 'syahadatain'.

Tradisi lain di Keraton Kasepuhan Cirebon pada saat Idul Fitri khusunya Sultan Sepuh yaitu melakukan shalat dua kali.

Pertama bersama keluarga mengikuti Sholat Ied di Langgar Agung yang berada di dalam komplek Keraton Kasepuhan bersama kerabat keraton, kaum abdi dalem.

Setelah mengikuti shalat di Langgar Agung, Sultan kemudian kembali mengikuti shaat Ied di Masjid Agung Sang Cipta rasa yang berada di luar komplek.

"Tradisi shalat ied dua kali untuk Raja (Sultan Sepuh) ini menjadi tradisi turun temurun yang sudah terjadi ratusan tahun," ujarnya.

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019