Kupang (ANTARA) - Partai Demokrat Nusa Tenggara Timur (NTT), menolak wacana Kongres Luar Biasa (KLB) yang digagas oleh politisi senior Partai Demokrat yang tergabung dalam Gerakan Moral Penyelamatan Partai Demokrat (GMPPD).

"Demokrat NTT menolak usulan Kongres Luar Biasa (KLB). Kami hanya loyal kepada Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)," kata Ketua DPD Partai Demokrat NTT, Jefri Riwu Kore kepada Antara di Kupang, Selasa, terkait wacana KLB.

Jefri yang juga Wali Kota Kupang ini menilai, wacana KLB yang digagas petinggi partai berlambang Mercy itu diduga ada maksud terselubung.

Karena itu, Jefri Riwu Kore mengimbau para kader partai itu, untuk tetap waspada menyikapi gerakan ini, karena bisa menghancurkan partai ini.

"Wacana KLB ini diduga ada udang dibalik batu dengan alasan yang seolah oleh masuk akal. Padahal ada agenda tersembunyi. Ini yang harus di antisipasi bahwa kita bisa menduga justru KLB merusak ketenangan yang sudah tercipta," katanya menambahkan.


Dalam hubungan dengan itu, maka Partai Demokrat NTT dengan tegas menolak wacana KLB, karena diyakini dan dipercaya bahwa SBY sebagai pemersatu dan guru serta penuntun kami dalam membangun partai ini, katanya.

Sebelumnya, senior Partai Demokrat yang tergabung dalam Gerakan Moral Penyelamatan Partai Demokrat (GMPPD) mendorong DPP Partai Demokrat menggelar Kongres Luar Biasa paling lambat pada 9 September 2019.

Politisi senior Demokrat yang tergabung dalam gerakan ini, antara lain Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Max Sopacua, pendiri Demokrat Ahmad Mubarok, dan tokoh senior lain seperti Ahmad Jaya dan Ishak.

Mereka mendesak DPP Partai Demokrat menggelar KLB, sebagai forum tertinggi untuk memilih ketua umum dan pengurus baru karena dinilai perolehan suara Demokrat di Pemilu 2019 anjlok.

Perolehan suara Demokrat pada Pemilu 2014 mencapai 10,9 persen lalu turun menjadi 7,7 persen di Pemilu 2019. 

Baca juga: Pengamat sebut desakan KLB Partai Demokrat tidak etis

Baca juga: Politikus senior Demokrat dorong KLB untuk selamatkan partai

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019