Jakarta (ANTARA) - Ekplorasi tim dari Departemen Proteksi Tanaman IPB dan Pengelola Ekosistem Hutan (PEH) Dirjen KSDAE/KLHK di Taman Nasional Gunung Ceremai, Jawa Barat berhasil menemukan sejumlah bakteri bermanfaat untuk pertanian salah satunya bakteri calon atau kandidat anti embun pagi (frost).

"Ada tiga kelompok mikroorganisme yang kita temukan di Taman Nasional Gunung Ceremai, salah satunya bakteri calon anti frost," kata Ketua Departemen Proteksi Tanaman IPB Dr Suryo Wiyono kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Embun beku (frost) menjadi viral setelah dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah dan Gunung Bromo, Jawa Timur diselimuti embun pagi dingin yang menyerupai es tersebut.

Menurut Suryo, fenomena embun beku terbentuk karena suhu yang dingin di bawah lima derajat yang melanda dataran tinggi pegunungan seperti Dieng dan Bromo.

"Biasanya di musim kemarau suhu udara di dataran tinggi pegunungan turun jatuh di bawah lima derajat membentuk embun pagi (frost) yang merusak daun tanaman," katanya.

Menurutnya, kerusakan tanaman disebabkan karena ada bakteri penginduksi pembentukan butiran es (frost) yang disebut dengan bakteri ice neclation positive. Bakteri tersebut masuk dalam kelompok bakteri Pseudomonas syringae.

Bakteri penghuni daun ini, lanjut dia, walau suhu udara hangat belum sampai satu derajat atau masih lima derajat sudah bisa terjadi embun beku.

"Jadi embun beku bisa terjadi karena ada bakteri penghuni daun penginduksi terbentuknya frost," katanya.

Usai melakukan ekplorasi, IPB sedang mencari bakteri lain yang bisa berkompetesi dengan bakteri penginduksi embun beku (frost) yang kini sedang melanda Dieng dan Bromo.

Bakteri calon anti frost yang ditemukan IPB di Taman Nasional Gunung Ceremai sudah diujicobakan di tingkat laboratorium.

"Bakteri calon anti frost ini bukan bakteri penginduksi butiran es, tapi sebaliknya," katanya.

Upaya mencari bakteri anti frost ini sama seperti Genetically Modified Organism atau GMI yang sudah dikembangkan di Amerika. Di mana mengubah bakteri Ice nelceation positive menjadi negatif dengan memotong gennya, lalu dikomersialisasikan.

Tetapi upaya yang dilakukan IPB berbeda dengan GMO, yakni mencari bakteri alami yang mampu berkompetisi dengan bakteri penginduksi butiran es tersebut.

Bakteri kandidat anti frost ini diujicobakan di laboratorium dengan menggunakan media lemari es bersuhu dua derajat celcius. Hasilnya tanaman yang diberikan bakteri kandidat anti frost ini mampu bertahan.

Suryo mengatakan bakteri kandidat anti frost tersebut ditemukan di dataran tinggi Gunung Ceremai dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut (m dpl).

"Saat ini kami tengah melakukan uji coba lapangan bakteria anti frost ini di Dieng dan Bromo, untuk melihat efektivitasnya," kata Suryo.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019