Jakarta (ANTARA) - Konsultan manajemen bisnis dari Partner YCP Solidiance, Gervasius Samosir mengatakan seluruh industri di Indonesia harus terkoneksi dari hulu ke hilir untuk mengatasi dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.

"Industri kita harus vertikal integrated, karena ini salah satu upaya mengatasi perang dagang," kata Gervasius di Jakarta, Rabu malam saat diskusi bertema Tinjauan Industri di Indonesia Pascapemilihan Presiden.

Ia mengatakan, Indonesia merupakan salah satu produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia tapi tidak bisa membuat industri 'downstream' atau hilir berkembang.

Contoh, kata dia, industri CPO Indonesia seharusnya bisa membuat sabun, minyak goreng, alat pengharum ruangan dan lain sebagainya namun belum bisa diterapkan.

Menurut dia, hal tersebut harus dikembangkan pemerintah agar produktivitas dan nilai tambah menjadi naik sehingga akan banyak investor datang ke Indonesia.

"Ini dulu yang harus terintegrasi sehingga ke depannya sudah bagus," katanya.

Ke depan pemerintah harus bisa menegaskan koneksi sumber daya alam dengan ekonomi yang di miliki Indonesia untuk mengatasi perang dagang tersebut.

Selain menegaskan koneksi industri, pemberian insentif kepada investor juga diperlukan untuk mengurangi dampak perang dagang antara Amerika dan Cina.

"Kemarin saya bicara dengan pihak Jetsar untuk membuat rute ke Bangka Belitung dari Australia, tapi tidak diberikan insentif oleh pemerintah," ujar dia.

Akibatnya, bisa saja rencana tersebut saja batal. Insentif yang bisa diberikan seperti aspek bahan bakar, kargo dan lain sebagainya.

"Cukup sulit karena orang disuruh mengembangkan tapi kita belum ada insentif atau subsidi," katanya.
Baca juga: Peneliti: Perang dagang China-AS beri Indonesia peluang
Baca juga: CIPS prediksi perang dagang akan berlanjut seusai KTT G20

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019