Jakarta (ANTARA) - Sudah banyak yang berubah dari diri perenang Singapura Joseph Schooling sejak Olimpiade Rio 2016, dimana ia mengalahkan legenda AS Michael Phelps di final nomor 100 meter kupu-kupu untuk menjadi peraih medali emas Olimpiade pertama bagi Singapura.

Sejak awal tahun ini, perenang berusia 24 tahun itu yang selama ini kuliah di Texas, AS, kembali ke rumah orang tuanya di Singapura, membuatnya harus bersusah payah untuk kembali menyesuaikan diri.

Pada kejuaraan dunia di Gwangju, Korea Selatan, Jumat, Schooling ternyata tidak bisa mempertahankan penampilannya di nomor 100m kupu-kupu tersebut. Ia hanya mencatat waktu 52,93 detik sehingga gagal ke final di nomor andalannya itu.

Catatan waktu tersebut lebih lambat 2,54 detik daripada di Rio, dimana ia mengejutkan dunia dan sepertinya terus tampil dominan di kejuaraan berikutnya.

"Saya dalam masa transisi setelah kembali ke Singapura. Dalam empat bulan terakhir saya telah mengalami banyak hal yang belum pernah saya lalui sebelumnya. Tapi itu hanya masa transisi dan menjadi sebuah pembelajaran," katanya.

Dengan Olimpiade 2020 Tokyo yang hanya berjarak satu tahun lagi, Schooling harus segera keluar dari situasi sulit setelah mengalami masa transisi tersebut.

Meski Phelps sudah lama pensiun, kemunculan perenang AS lainnya, Caeleb Dressel dan Kristof Milak dari Hongaria, membuat persaingan di kolam renang di Tokyo dipastikan akan tetap sengit.

Dressel mencatat waktu 50,28 di babak penyisihan, yang merupakan tercepat ketujuh yang pernah ada, sementara Milak, yang memecahkan rekor Phelps pada Rabu, juga satu setengah detik lebih cepat daripada Schooling.

"Ini jelas sangat mengecewakan, tapi saya akan kembali tahun depan, musim panas dan saya tahu apa yang harus saya lakukan bila pulang ke rumah," kata Schooling, yang juga gagal di penyisihan nomor 50m di Gwangju.

"Ada banyak hal negatif dan juga positif, tetapi kami tidak akan memikirkan hal-hal negatif. Kami bersiap menuju ke Tokyo, yang merupakan target besar tahun depan," katanya.

Selain beradaptasi dengan perubahan lingkungan pembinaan dan pelatihan, Schooling mengatakan perubahan gaya hidup juga membuatnya harus menyesuaikan diri kembali.

"Anak kampus yang hidup sendirian, sekarang kembali hidup bersama orang tuanya," katanya sambil tersenyum.

Baca juga: Schooling persembahkan medali emas pertama Singapura

Baca juga: OLIMPIADE 2016 - Singapura sanjung tinggi-tinggi Joseph Schooling

 

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019