Masyarakat diminta agar informasi yang didapat harus disaring dulu, bisa jadi itu informasi yang tidak benar atau hoaks.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata terus memantau kondisi atraksi, akses, dan amenitas (3A) pasca-erupsi Gunung Tangkuban Parahu di dua wilayah yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti di Jakarta, Minggu, mengatakan, dari data yang didapat Tourism Crisis Center (TCC) Kemenpar kondisi 3A relatif dalam kondisi baik.

“Untuk kegiatan hotel tidak terlalu banyak berpengaruh, masa weekend ini reservasi hotel disekitar Bandung Utara, Lembang dan Ciater belum ada laporan pembatalan,” kata Guntur Sakti dalam siaran pers yang diterima Antara.

Meskipun ada beberapa penginapan yang diselimuti abu vulkanik seperti di Dusun Bambu sehingga cukup mengganggu pernapasan, namun secara kontruksi semua normal.

“Dari 16 kamar yang tersedia di Dusun Bambu, sudah dipesan sebanyak 14 kamar dan 13 di antaranya sudah check in, dan 1 tamu lagi mengajukan pembatalan dikarenakan kekhawatiran pada kemungkinan adanya erupsi susulan,” katanya.

Untuk Atraksi sendiri, kata Guntur, yang berada di bawah Tangkuban Parahu dan di sekitar Kabupaten Subang tetap berjalan aman seperti biasa.

“Destinasi wisata seperti Sariater, Gracia, Curug Cipeureu, Curug Sadim, dan Capolaga dan lainnya tetap berjalan normal,” katanya.

Untuk Akses sendiri, Guntur mengatakan akses menuju kawasan Tangkuban Parahu, khususnya akses yang berada di dalam kawasan, sementara ditutup untuk umum sampai waktu yang ditentukan.

“Akses jalan menuju Lembang-Cikole-Ciater-Subang sejak terjadinya erupsi tidak terganggu dan kondisi lancar tanpa ada gangguan debu erupsi. Pasokan BBM di sekitar Tangkuban Perahu terpantau aman dan tersedia di lima SPBU,” kata Guntur.

Guntur juga mengimbau wisatawan untuk mengikuti instruksi pemerintah dan memperbarui informasi dari media resmi pemerintah, seperti akun Twitter @Kemenpar_RI, @BNPB_Indonesia, dan @vulkanologi_mbg.

“Masyarakat diminta agar informasi yang didapat harus disaring dulu, bisa jadi itu informasi yang tidak benar atau hoaks. Sehingga jangan ditelan mentah-mentah informasi yang saat ini beredar,” kata Guntur.

Baca juga: Kemenpar pantau ekosistem pariwisata Gunung Tangkuban Parahu
Baca juga: Rekaman tremor seismograf Tangkuban Parahu fluktuatif menurun
Baca juga: Polisi tutup kawasan Tangkuban Parahu tiga hari

 

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019