Tanjungpinang (ANTARA) - Sebelum ditangkap KPK, Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau sudah mengingatkan Gubernur nonaktif Nurdin Basirun agar berhati-hati dalam melaksanakan tugas.

Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri Abdul Razak dalam silahturahim antara pengurus LAM dengan ASN di aula Pemprov Kepri, Senin, mengaku sudah beberapa kali mengingatkan Nurdin bahwa KPK berada di Kepulauan Riau (Kepri).

"Saya sudah berulang kali ingatkan kepada Pak Nurdin kerja yang baik. KPK ada di kampung kita sejak beberapa bulan lalu," ujarnya.

Kegiatan yang diselenggarakan KPK di Kepri merupakan peringatan bagi pemerintah daerah untuk berhati-hati dalam bekerja. Dalam mengambil kebijakan harus sesuai ketentuan dan bersikap profesional.

"Apa yang dilakukan KPK berturut-turut di Kepri merupakan upaya pencegahan. Seharusnya itu dipahami Pemprov Kepri agar tidak terjadi pelanggaran hukum," katanya.

Baca juga: Pengacara: uang gaji dan tunjangan Nurdin Basirun ikut disita KPK
Baca juga: Wali kota Batam diperiksa KPK di Mapolres Balerang
Baca juga: Pengacara Nurdin Basirun tak ajukan penangguhan penahanan


Terkait penangkapan terhadap Nurdin belum lama ini, Razak mengaku sedih terhadap musibah tersebut. Namun semua itu sudah terjadi sehingga seluruh ASN harus bertekad untuk menyelenggarakan pemerintahan yang dipercayakan oleh rakyat sebaik-baiknya.

"ASN Pemprov Kepri, terutama yang memegang kegiatan sebaiknya mengikuti pelatihan hukum, mendapatkan pembinaan khusus dari pihak kejaksaan agar tidak melanggar hukum dalam melaksanakan tugasnya," ujarnya.

Razak mengatakan, musibah itu membuat muruwah Melayu di Kepri jatuh. Namun sebaiknya warga Melayu tidak "kuncup", melainkan harus tetap semangat memajukan Kepri.

Orang Melayu harus tetap menjadi dirinya sendiri. Jangan mau diadu domba sehingga ribut sesama orang Melayu.

Di pemerintahan, berdasarkan hasil pemantauan LAM terdapat "kelompok-kelompok". Ada kelompok yang merasa sedih dengan musibah itu dan ada juga yang merasa senang.

"Jangan mau diprovokasi. Kita harus bersatu, kompak membangun kampung," katanya.

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019