Ya ngapain kabur, gempanya juga sudah habis
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pedagang buah di Pasar Baru Jakarta Pusat memilih tetap melanjutkan jualan meskipun gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,4 berasal dari daerah Banten dengan kedalaman 10 kilometer dan berpotensi tsunami mengguncang daerah itu.

"Ya ngapain kabur, gempanya juga sudah habis," ucap Sandi (25) salah seorang pedagang buah di kawasan Pasar Baru Jakarta Pusat, Jumat malam.

Awalnya, kata dia, memang sempat panik akibat goncangan gempa bumi yang dirasakannya cukup lama. Namun, kemudian tetap berjualan seperti biasa.

Senada dengan itu, Ucup pedagang buah lainnya di kawasan yang sama mengaku tetap melanjutkan jual beli barang dagangannya.

Bahkan, kata dia, saat gempa terjadi sedang melayani salah seorang konsumen yang membeli buah, namun pembeli tersebut bergegas meninggalkan kawasan itu karena takut terjadi hal buruk.

"Konsumen saya langsung buru-buru pergi karena takut bakal terjadi sesuatu yang buruk," ujarnya.

Pada saat gempa terjadi sejumlah masyarakat yang sedang berada di dalam gedung khususnya di Jalan Antara langsung turun ke bawah untuk mencari lokasi aman.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk Banten, Jawa Barat, Lampung dan Bengkulu, menyusul gempa bumi dengan magnitudo 7,4 berpusat di Sumur, Banten, yang terjadi pada Jumat (2/8) pukul 19.03 WIB.

Berdasarkan permodelan BMKG, daerah yang berpotensi tsunami Pandeglang bagian selatan (Banten) dengan status Siaga, Pandeglang Pulau Panaitan status Siaga, Lampung barat pesisir selatan status Siaga.

Sementara yang berstatus Waspada yaitu Pandeglang bagian Utara, Lebak, Tanggamus Pulau Tabuan, Sukabumi Ujung Genteng, Tanggamus bagian timur, Lampung Selatan Kepulauan Krakatau, Lampung Selatan Kepulauan Legundi, Lampung Barat Pesisir tengah, Lampung Barat pesisir Utara, Bengkulu Utara Pulau Enggano.

Status waspada juga diberlakukan di Kaur Bengkulu, Lampung Selatan Kepulauan Sebuku, Bengkulu Selatan, Serang bagian barat dan Seluma.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019