Bengkulu (ANTARA News) - Harimau yang memangsa Fitriani, bocah enam tahun warga Desa Tabat Monok, Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu Oktober lalu, sekarang dilaporkan sudah kembali ke hutan di kawasan hutan lindung Bukit Daun.
"Dari hasil pantuan anggota kita di lapangan, harimau yang memangsa warga Tebat Monok sudah kembali ke habitatnya di kawasan hutan lindung Bukit Daun. Indikasi ini berdasarkan dari jejak telapak kaki binatang buas tersebut," kata Kepala BKSDA Bengkulu, Amon Zamora, di Bengkulu, Selasa.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu telah menurunkan beberapa anggota polisi kehutanan (polhut) ke Desa Tebat Monok untuk memastikan keberadaan harimau tersebut.
Dari hasil pelacakan jejak telapak kaki, maka disimpulkan harimau tersebut sudah kembali ke habitatnya di kawasan hutan lindung Bukit Daun, Kabupaten Kepahiang.
"Kita berharap harimau tersebut tidak kembali lagi ke perkampungan warga di daerah itu, karena akan membuat masyarakat di daerah ini resah," ujarnya.
Selain itu, dikhawatirkan binatang buas tersebut akan memangsa manusia lagi dan hewan ternak milik warga. Dari pengalaman selama ini, kata Amon, harimau yang sudah memangsa manusia biasanya akan kembali mengulangi perbuatannya lagi.
Karena itu, BKSDA Bengkulu sudah mengimbau kepada masyarakat Tebat Monok yang tinggal di daerah perkebunan kopi untuk mewaspadai binatang buas tersebut.
Amon Zamora mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir, harimua di Bengkulu sering memasuki perkampungan penduduk di beberapa kabupaten di daerah ini.
Selain itu, konflik antara manusia dengan harimau dari tahun ke tahun terus meningkat. Sebagai gambaran pada 2011, terjadi 13 kasus konflik harimau dan manusia.
Dari jumlah kasus itu, tiga warga Bengkulu tewas diterkamnya.
Tiga warga Bengkulu yang tewas diterkam harimau itu, berasal dari Kabupaten Bengkulu Utara, Seluma dan Kabupaten Kepahiang. Ketiga daerah ini sebagian hutan lindung yang ada sudah dibuka masyarakat untuk dijadikan kebun kopi.
Akibatnya, ruang gerak dan tempat mencari makan harimau Sumatra di tiga kabupaten tersebut semakin terjepit dan mereka akan masuk ke perkampungan penduduk untuk mencari makan.
Kondisi ini pula menyebabkan banyak hewan ternak milik masyarakat di tiga kabupaten tersebut dimangsa harimau. "Jadi, harimau bukan saja memangsa manusia, tapi hewan ternak masyarakat juga disapunya. Ini terjadi karena dampak dari perambahan hutan lindung di daerah itu," ujarnya.
(ANT-212)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2011
"Dari hasil pantuan anggota kita di lapangan, harimau yang memangsa warga Tebat Monok sudah kembali ke habitatnya di kawasan hutan lindung Bukit Daun. Indikasi ini berdasarkan dari jejak telapak kaki binatang buas tersebut," kata Kepala BKSDA Bengkulu, Amon Zamora, di Bengkulu, Selasa.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu telah menurunkan beberapa anggota polisi kehutanan (polhut) ke Desa Tebat Monok untuk memastikan keberadaan harimau tersebut.
Dari hasil pelacakan jejak telapak kaki, maka disimpulkan harimau tersebut sudah kembali ke habitatnya di kawasan hutan lindung Bukit Daun, Kabupaten Kepahiang.
"Kita berharap harimau tersebut tidak kembali lagi ke perkampungan warga di daerah itu, karena akan membuat masyarakat di daerah ini resah," ujarnya.
Selain itu, dikhawatirkan binatang buas tersebut akan memangsa manusia lagi dan hewan ternak milik warga. Dari pengalaman selama ini, kata Amon, harimau yang sudah memangsa manusia biasanya akan kembali mengulangi perbuatannya lagi.
Karena itu, BKSDA Bengkulu sudah mengimbau kepada masyarakat Tebat Monok yang tinggal di daerah perkebunan kopi untuk mewaspadai binatang buas tersebut.
Amon Zamora mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir, harimua di Bengkulu sering memasuki perkampungan penduduk di beberapa kabupaten di daerah ini.
Selain itu, konflik antara manusia dengan harimau dari tahun ke tahun terus meningkat. Sebagai gambaran pada 2011, terjadi 13 kasus konflik harimau dan manusia.
Dari jumlah kasus itu, tiga warga Bengkulu tewas diterkamnya.
Tiga warga Bengkulu yang tewas diterkam harimau itu, berasal dari Kabupaten Bengkulu Utara, Seluma dan Kabupaten Kepahiang. Ketiga daerah ini sebagian hutan lindung yang ada sudah dibuka masyarakat untuk dijadikan kebun kopi.
Akibatnya, ruang gerak dan tempat mencari makan harimau Sumatra di tiga kabupaten tersebut semakin terjepit dan mereka akan masuk ke perkampungan penduduk untuk mencari makan.
Kondisi ini pula menyebabkan banyak hewan ternak milik masyarakat di tiga kabupaten tersebut dimangsa harimau. "Jadi, harimau bukan saja memangsa manusia, tapi hewan ternak masyarakat juga disapunya. Ini terjadi karena dampak dari perambahan hutan lindung di daerah itu," ujarnya.
(ANT-212)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2011